Aksi massa meminta Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dicopot |
www.gelora.co - Menjelang puasa harga bahan pokok semakin mahal. Hal ini membuat masyarakat resah dan semakin menambah citra buruk pemerintah di mata masyarakat. Mahalnya bahan pokok juga salah satu bukti kegagalan pemerintah dalam mengamankan ketersediaan pangan menjelang bulan Ramadhan.
Terkait kondisi in, Aliansi Mahasiswa Pemerhati Pangan Indonesia" (AMPPI) mendesak Presiden Joko Widodo segera mengamankan pasokan pangan nasional.
Selain itu AMPPI mendesak Presiden Joko Widodo mencopot Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita karena tidak pro rakyat. Juga mendesak Enggartiasto Lukita untuk segera mundur dari jabatannya.
Tuntutan tersebut disampaikan ratusan massa AMPPI saat aksi demo di depan Istana Negara, Jumat (4/5/2018). “Momentum dua tahun kepemimpinan Presiden Jokowi-JK harusnya menjadi ajang untuk mengevaluasi, mengkontempelasi, menagih, mendesak, serta menuntut janji-janji pemerintah yang tertuang dalam Visi Misi serta cita-cita dan tujuan negara itu sendiri,” kata koordinator aksi Fizi.
Sembako Naik
Pengamat pangan Ali Birham mengaku setuju jika Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukito untuk dipecat. Karena menteri perdagangan dibawah kepemimpinan Enggartiasto tidak menunjukan kebaikan. Contohnya sembilan kebutuhan bahan pokok harganya meningkat jelang puasa. Padahal kebutuhan sembako seperti beras pada bulan puassla akan meningkat. Sehingga harusnya harga beras bisa stabil.
"Harga 9 bahan pokok akan meninggkat. Aku setuju Menteri Perdagangan dicopot," ujar Ali Birham kepada Harian Terbit, Jumat (4/5/2018).
Ali menuturkan, penyebab naiknya harga bahan bahan pokok adalah kecenderungan atau tradisi ibu-ibu memborong sejumlah bahan baku pokok sebagai persediaan atau stok jelang puasa. Akibatnya karena kebutuhan meningkat sementara persedian terbatas membuat harga bahan pokok meningkat. Sementara dari pemerintah tidak bisa melakukan upaya atau antisipasi untuk menstabilkan harga.
"Menteri dicopot bukan karena harga naik, tetapi kebijakannya yang tidak pro rakyat," tegasnya.
Contohnya, sambung Ali, saat petani panen Menteri Perdagangan malah mengeluarkan kebijakan impor. Seperti beras dan garam rakyat yang persediaanya berlimpah. Harusnya Menteri Perdagangan mengeluarkan kebijakan untuk memproses garam rakyat menjadi garam industri bukan malah mengimpor garam secara besar - besaran. Akibat impor tersebut membuat petani garam menderita.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Gula dan Terigu Indonesia (Apegti) Provinsi Riau, Ir Nur Ja'far Marpaung mendukung jika Mendag Enggartiasto Lukito untuk dicopot. Alasannya, kebijakan impor beras terbukti bahwa Mendag tidak mampu mengantisipasi dan mengendalikan kenaikan harga kebutuhan dasar rakyat. Padahal, permasalahan ini sebenarnya terjadi hampir setiap tahun, namun menteri perdagangan tidak punya skema khusus untuk mengantisipasi kembali kenaikan harga beras.
"Wajar kalau kita heran dengan kondisi yang terjadi saat ini. Pasalnya, Kementerian Pertanian telah melakukan kerjasama dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan melakukan pembukaan lahan baru untuk penanaman sawah," paparnya kepada Harian Terbit, Jumat (4/5/2018).
Nur Ja'far menuturkan, berdasarkan laporan yang ada bahwa panen yang dilakukan oleh petani lancar tanpa kendala hingga musim panen. Bulog juga melaporkan bahwa stok beras masih aman untuk 2 (dua)hingga 3 (tiga) bulan ke depan. Bahkan ada Satgas Mafia Pangan yang dibentuk. Namun kenapa harus ada kenaikan harga beras dan kenapa harus ada kebijakan impor lagi. [htc]