Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto |
www.gelora.co - Poros ketiga pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 di luar Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto sangat mungkin terbentuk.
Bahkan bukan tidak mungkin poros ketiga justru lahir dari rahim Istana.
“Partai-partai di luar PDIP dan Golkar yang tergabung dalam pemerintah masih memungkinkan membentuk poros baru di luar koalisi Prabowo dan Jokowi,” kata Direktur Eksekutif Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID) Jajat Nurjaman melalui pesan elektronik kepada redaksi, Jumat (25/5/2018).
Selama belum mendaftarkan Jokowi secara resmi ke KPU, kata dia, segala kemungkinan masih bisa terjadi, termasuk pecah kongsi diantara partai pendukung Jokowi. Pemantik perpecahan adalah akibat terlalu dominanya Golkar dalam pemerintahan Jokowi-JK.
Dominasi Golkar, kata Jajat, buah dari sikap Jokowi yang terus memanjakan beringin dengan menempatkan para kadernya dalam berbagai posisi di pemerintahan. Terbaru, Jokowi menunjuk Ali Mochtar Ngabalin menjadi tanaga ahli utama.
“Ini seperti sedang membuat api dalam sekam. Sebagai partai yang baru bergabung dengan pemerintah, bukan tidak mungkin posisi Golkar ini akan memicu perpecahan dalam koalisi partai politik pendukung pemerintah,” katanya.
Sejak bergabung dengan pemerintah, kata dia, Golkar satu-satunya partai yang diberikan karpet merah. Secara kekuatan politik merupakan hal yang wajar mengingat Golkar merupakan partai kedua pemenang pemilu setelah PDIP, namun tanpa disadari sikap Jokowi tersebut secara tidak langsung mengikis kekuatan partai pendukungnya yang lain.
“Kunci dari semua ini adalah Jokowi. Jika terus menunjukan sikap tidak berimbang dalam pembagian kue kekuasaan yang tidak proporsional, saya kira munculnya poros ketiga dari koalisi Istana bukan hal yang mustahil,” tutup Jajat. [psid]