www.gelora.co - Kadiv Advokasi dan Hukum Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean menyinggung tentang isu yang bisa menjadi blunder untuk Presiden RI, Joko Widodo.
Isu tersebut adalah tentang PKI (Partai Komunis Indonesia).
Dalam sebuah kicauan, Kamis (31/5/2018) Ferdinand melampirkan sebuah link berita dari portan berita online yang memberitakan bahwa 'Jokowi sedih diisukan PKI'.
Menurut Ferdinand, saat ini Jokowi sudah mulai membangun opini tentang PKI tersebut.
Ia menambahkan, isu PKI tersebut bisa dimainkan saat 2019 nanti.
Namun cara ini dinilai oleh Ferdinand bisa menjadi blunder dan memperbesar pertanyaan rakyat terkait isu PKI tersebut.
Ferdinand menyarankan kepada Jokowi agar berhenti berbicara mengenai isu tersebut.
"Bapak Presiden sudah mulai membangun opini karena sangat mungkin isu ini akan dimainkan 2019 nanti.
Hanya, cara ini bisa blunder dan memperbesar pertanyaan rakyat terkait isu tersebut.
Saran saya, stop bicara isu ini pak Presiden," kicau Ferdinand.
Diberitakan sebelumnya, Jokowi memang kerap diterpa isu miring tentang PKI.
Tak hanya itu, bahkan Jokowi sering diisukan sebagai keturunan etnis tertentu.
Sebanyak isu itu datang, sebanyak itu pula Jokowi menjawab atau mengonfirmasi isu tersebut.
"Saya lahir tahun 1961, PKI itu dibubarkan 1965. Artinya saya masih balita, masih umur 3,5 tahun. Kan enggak mungkin ada balita PKI. Logikanya enggak masuk,” ujar Jokowi saat meresmikan beroperasinya KA Minangkabau Ekspres, Bandara Minangkabau, Senin, 21 Mei 2018 lalu.
Sementara terkait asal orangtua, kata Jokowi, sekarang gampang dicek, sangat mudah, dimana Muhammadiyah ada cabang di Solo, NU ada cabang di Solo, PERSIS ada cabang di Solo, dan semua ormas ada cabang di Solo.
"Tanyakan saja di masjid di dekat rumah saya. Siapa orang tua saya, siapa kakek nenek saya, siapa saya gampang banget," ujar Jokowi, seperti dikutip dalam lama Sekretaris Kabinet.
Mengenai isu dirinya anak Ang Hong Liong, China dari Singapura, Presiden Jokowi mengatakan, dirinya harus menjawab hal ini karena nanti bisa kemana-mana.
Jokowi menegaskan, bahwa ibunya itu orang desa, orang desa betul.
"Bapak saya dari Kabupaten Karanganyar, ibu saya dari kabupaten Boyolali. Orang desa semuanya,” ungkap Presiden Jokowi seraya mengakui, bahwa dirinya juga bukan orang politik.
“Saya dari kampung,” sambungnya.
Menurut Presiden, kalau isu-isu seperti ini diterus-teruskan, ini jadinya tidak produktif.
Harusnya, lanjut Presiden, kita konsentrasi membangun infrastruktur, bangun bandara, bangun kereta api bandara, bangun jalan tol.
Nanti tahapan kedua kita ingin membangun sumber daya manusia ke depan.
Tapi, Presiden menilai, energi kita habis untuk menjawab hal-hal seperti ini tapi ya harus saya jawab.
Sementara kalau dirinya tidak menjawab nanti kemana mana.
"Mestinya kita ini kita ini husnul tafahum bukan suul tafahum. Kalau suul tafahum itu gampang menduga, gampang berprasangka jelek, gampang berprasangka buruk, melihat sesuatu dengan pikiran negatif,” kata Presiden.
Sementara kalau husnul tafahum, menurut Presiden, selalu kita berpikiran positif, lalu berpikiran dengan kecintaan, tidak ada prasangka prasangka buruk.
Sebab itu, Presiden Jokowi mengajak semua pihak untuk selalu berpikir positif, bekerja secara produkif, sehingga ketertinggalan bangsa kita ini dari negara tetangga bisa dikejar bersama-sama.[tn]