www.gelora.co - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fahri Hamzah mengungkapkan pendapatnya, terkait alasan-alasan yang bisa membuat sang petahana (incumbent) Presiden Joko Widodo (Jokowi) gagal nyapres di Pilpres 2019 mendatang.
Dilansir TribunWow.com, hal tersebut ia sampaikan melalui akun Twitternya yang diunggah pada Senin (7/5/2018).
Fahri Hamzah mengungkapkan ada empat alasan kenapa Jokowi bisa gagal nyapres.
Menurut Fahri Hamzah, hal itu bisa dilihat dari janji Jokowi yang tak ditepati hingga konflik Parpol pendukung.
Fahri Hamzah menyatakan jika Parpol pendukung Jokowi berebut mendapatkan nama untuk Pilpres 2019.
Fahri Hamzah pun mengatakan jika elektabilitas Jokowi yang menurun pasti akan membuat sang petahana semakin selektif dalam memilih cawapres.
Berikut postingan lengkap Fahri Hamzah terkait hal tersebut.
@Fahrihamzah: Ijin Malam2 menulis kembali alasan ke-3 kenapa incumbent pak #JokowiGagalNyapres .
Alasan pertama karena kebanyakan #Janji2Jokowi yg tak ditepati dan yang ke-2 adalah karena ulah #RelawanJokowi yg bikin masalah.
@Fahrihamzah: Alasan ketiga adalah #KonflikParpol yang mendukung jokowi.
Sebab, tidak bisa dihindari fakta bahwa di atas kertas memang yang menjadi koalisi jokowi memang paling banyak.
Parpol yang masuk kabinet ada 7 dan tidak termasuk partai relawan.
@Fahrihamzah: Parpol pendukung jokowi ini sekarang sadar bahwa jika mau punya nama maka jual lah yang punya nama.
Dan sekarang incumbent adalah “merek dagang” yang paling terkenal bagi parpol sehingga apabila nama itu didekatkan maka parpol akan mendapatkan efek popularitas.
@Fahrihamzah: Saking berebut mendapatkan nama maka berebut pula menjadi partainya presiden.
Inilah yang kemudian menjadi awal konflik yang semakin tajam.
Konflik ini bisa memiliki efek negatif bagi presiden sehingga ditinggal dan lari ke lain hati. #JokowiGagalNyapres
@Fahrihamzah: Konflik ini sekarang ada di belakang layar dan sesekali muncul tanpa terasa.
Terutama di antara partai besar.
Sementara 3 partai yang paling agresif memanfaatkan presiden adalah partai kuning, partai biru dan merah baru....ada apa dengan partai merah? #JokowiGagalNyapres
@Fahrihamzah: Demikiankah faktanya.
Tapi apakah itu akan membuat presiden makin bayak pendukung atau malah todak dapat?
Saya mau Ambil contoh: Tengku Erry incumbent di Sumatera utara.
Awalnya dia paling banyak ke dukung tapi akhirnya gagal tidak dapat tiket.
@Fahrihamzah: Orang lupa, bahwa presiden sekuat apapun dia tapi tidak membubuhkan tanda tangan dalam pencalonan.
Oleh sebab itu, apabila parpol salah paham maka semua bisa beralih kepada lain hati.
Inilah ancaman bagi incumbent. #JokowiGagalNyapres
@Fahrihamzah: Sekarang kita lanjutkan alasan ke-4 kenapa presiden incumbent #JokowiGagalNyapres adalah akibat terlalu banyak calon wakil presiden yang melamar.
Ini alasan dan situasi yang paling pelik di hadapan jokowi yang dapat membuatnya tak dapat tiket.
@Fahrihamzah: Dengan alasan itu, coba kita membaca secara teliti dinamikanya.
Mulai dari kepentingan internal partai sampai soal elektabilitas.
kali ini, dengan elektabilitas yang rendah jokowi akan semakin seleksi memilih cawapres tetapi gara2 itu malah dia Gak dapat tiket.
Diketahui, Presiden Jokowi kembali akan beralaga dalam kontestasi politik Pilpres 2019.
Jokowi dideklarasikan oleh PDIP melalui Rakornas di Denpasar, Bali pada 23 Februari 2018.
Saat itu Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menggunakan hak perogratifnya dengan menunjuk langsung Jokowi sebagai capres.
Sebagai lawannya, saat ini baru muncul nama Prabowo Subianto.
Parbowo resmi dideklarasikan oleh partai Gerindra melalui Rakornas di Hambalang pada 11 April 2018.
Sejumlah partai telah bergabung dengan Jokowi, begitu pula dengan Prabowo.
Beberapa tokoh pun kini menjadi ramai diperbincangkan.
Di mana mereka masuk sebagai bursa capres atau cawapres di Pilpres 2019.
Dintaranya Gatot Nurmantyo, Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Mahfud MD, Sri Mulyani, Susi Pudjiastuti, Anies Baswedan, TGB, Rizal Ramli, sejumlah politisi PKS, hingga Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).