Cerita Ayah Mahesa tentang Kronologi Anaknya yang Tewas saat Berebut Sembako di Monas

Cerita Ayah Mahesa tentang Kronologi Anaknya yang Tewas saat Berebut Sembako di Monas

Gelora News
facebook twitter whatsapp
Djunaedi, 41 tahun, ayah dari Mahesa Djunaedi (12)

www.gelora.co - Muhammad Rizky Syaputra (10) dan Mahesa Junaedi (13) tewas dalam acara bagi-bagi sembako gratis di Monas yang diselenggarakan Forum Untukmu Indonesia (FUI) pada Sabtu (28/4/2018), lalu.

Djunaedi (41), ayah Mahesa mengaku sangat menyesal atas insiden yang menimpa anaknya itu. Dia sedih tidak bisa melakukan apa-apa ketika anaknya pingsan di Monas dan akhirnya meninggal dunia lantara ikut berebut sembako gratis.

“Saya menyesalkan pihak panitia yang tak sigap dan lamban memberi informasi kejadian ini kepada kami,” kata Djunaedi di kediamannya, Jalan Budi Mulia, Pademangan Barat, Jakarta Utara, Kamis (3/5/2018).

Diakuinya, tidak ada panitia yang memberi kabar kepada dia dan istrinya tentang anaknya yang pingsan di Monas dan akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Tarakan, Jakarta Pusat.

Dia mengisahkan, bahwa awalnya dia bersama istrinya yang mencari Mahesa di Monas pada sore hari dan mendapat informasi kalau anaknya pingsan dan dibawa ke rumah sakit.

Djunaedi yang sehari-hari bekerja sebagai sopir, menceritakan kronologi kejadiaan naas yang menimpa anaknya tersebut.

Pada Sabtu pagi itu, Djunaedi mengantar istrinya ke Stasiun Jakarta Kota. Setelah itu kembali ke rumah dan membawa nasi uduk untuk sarapan Mahesa, anak sulungnya. Kemudian, dia memberi uang jajan ke Mahesa.

“Karena mau saya tinggal kerja," kata Djunaedi.

Pukul 09.00 WIB Djunaedi kemudian meninggalkan rumahnya untuk bekerja sebagai sopir. Dia juga sempat berpesan kepada putranya untuk tidak bermain jauh-jauh dan meninggalkan rumah.

Pesan itu disampaikan karena dia mendengar beberapa tetangganya akan pergi mengikuti sebuah acara di Monas.

Pukul 15.00 WIB, istrinya pulang ke rumah dan tidak mendapati Mahesa. Djunaedi sempat ditelepon istrinya yang menanyakan keberadaan putera sulungnya.

Djunaedi mengatakan tidak mengetahui dan menjawab kemungkinan bermain bersama teman tetangga.

Pada pukul 16.00 WIB, seorang teman Mahesa bertandang ke rumah. Dia bertanya ke istrinya apakah Mahesa sudah pulang karena keduanya ikut pergi ke Monas. Keduanya terpisah.

“Mendengar itu saya panik, kemudian saya langsung berangkat dari tempat kerja pukul 17.00 di Kelapa Gading dan tiba di Monas satu jam kemudian. Istri saya juga ke Monas untuk bersama-sama mencari Mahesa," kata dia.

Suami istri ini pun berputar-putar di Monas untuk mencari tahu keberadaan Mahesa. Nihil. Djunaedi masuk ke dalam Monas bertanya kepada pihak kepolisian dan keamanan. Namun, usahanya tak membuahkan hasil.

Baru pada pukul 22.00 WIB, ia mendapat kabar dari seorang panitia bahwa anaknya ditemukan oleh petugas Satpol PP dalam keadaan pingsan. Petugas kemudian membawa Mahesa ke Rumah Sakit Tarakan, Jakarta Pusat.

Ketika sampai di lokasi, ternyata anaknya sudah meninggal sekitar pukul 19.40 WIB. Menurut dokter yang menangani, anaknya meninggal karena dehidrasi dan suhu tinggi serta kejang-kejang ketika ikut acara di Monas.

"Saat saya datang, dokter hanya bilang yang tabah ya pak," tutupnya.‎ [tsc]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita