www.gelora.co – Pegiat media sosial, Denny Siregar menuliskan analisisnya soal Ali Ngabalin yang menjadi jubir istana.
Dilansir TribunWow.com, melalui akun Facebook pribadinya Denny Siregar yang ia tuliskan pada Kamis (24/5/2018).
Sebelumnya, Ali Ngabali, politikus asal partai Golkar itu diangkat menjadi jibir istana.
Denny Siregar lantas mengaku mendapat pertanyaan perihal itu.
Simak cattan Denny Siregar berikut:
“KETIKA KAMPRET BERWARNA PINK..
“Kenapa Ali Mohtar Ngabalin ditarik Jokowi ke istana ?”
Ini pertanyaan yang menarik ketika saya jadi pembicara di satu tempat. Dan dari beberapa teori, teori seorang teman mungkin yang paling tepat..
“Kelemahannya pemerintah adalah mereka selalu diserang isu yang dibangun oleh pihak oposisi. Mulai isu Tenaga Kerja Asing sampai isu hutang, selalu muncul dan menguasai media. Isu-isu ini diciptakan berkala, sistematis dan berfungsi menggerus suara…”
Temanku menyeruput kopinya. Dan melanjutkan..
“Ibarat permainan sepakbola, pihak lawan selalu saja membangun pola menyerang. Dan pemerintah selalu saja bertahan. Mereka hanya bisa menjawab dengan angka dan data untuk menepis segala serangan.
Tapi itu tidak cukup..
Serangan dari pihak lawan begitu cepat dan beruntun datangnya. Dan sering beberapa kali membuahkan gol, karena penjelasan dari pihak pemerintah tidak mampu menjawab dengan sederhana umpan yang dilempar pihak lawan. Pihak lawan ahli membuat narasi-narasi karena mereka punya juru bicara yang ahli membangun narasi seolah-olah isu itu benar adanya..”
Dia tersenyum dan melanjutkan..
“Harus dibalik sesegera mungkin situasi itu. Siapa yang menguasai komunikasi, dialah yang memenangkan pertarungan narasi.
Karena itu Jokowi ingin membalikkan situasi. Pola permainan bertahan yang selama ini dipakai, ternyata tidak cukup efektif membendung serangan. Harus mulai mengambil posisi menyerang, menguasai narasi-narasi dengan juru bicara yang handal..
Nah, siapa lagi yang tepat menempati posisi striker selain penyerang dari pihak lawan ?
Itulah kenapa penting membajak pemain lawan untuk menyerang lawan. Dan begitulah kenapa seorang AMN diajak bergabung untuk membangun narasi yang akan menyudutkan dan merepotkan pihak lawan…”
“Oh begitu.. ” Kataku. “Berarti ada kemungkinan bukan AMN saja yg direkrut, tapi ada beberapa striker lainnya ?”
Temanku ketawa.
“Jangan kaget jika Fahri Hamzah tiba2 bergabung ke istana. Dia sudah tidak punya partai dan dalam posisi kosong. Tarik aja, sebagai satu striker utk merepotkan pihak lawan.. Salahkah ? Tidak. Ini masalah siapa yang menyerang dulu, siapa yang membangun narasi dulu. Dan sah-sah saja.
Seperti kata Don Corleone, Its just business nothing personal. Biarkan kampret menjadi cebong, karena lebih baik daripada dia mengampret selamanya..”
Kami tertawa, membayangkan kampret yang tidur terbalik setiap malam. Strategi yang menarik juga karena politik itu tidak bisa dilihat hitam atau putih, kadang dia jadi oranye, kadang jadi pink, tergantung kepentingan..
Kopiku menyembur membayangkan kampret warnanya pink. Itu kampret apa burung pipit. Manja benerrr..
Dan dentang cangkir kopi kembali terdengar ketika kami tenggelam dalam diskusi menuju 2019 yang semakin menarik ini,”tulisnya.
[tn]