20 Tahun Reformasi, SBY: Ingatlah Sejarah, Keledai tak Tersandung Batu yang Sama

20 Tahun Reformasi, SBY: Ingatlah Sejarah, Keledai tak Tersandung Batu yang Sama

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Presiden ke-6 Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menuliskan beberapa cuitan dalam rangka memperingati 20 tahun reformasi sekaligus hari Kebangkitan Nasional.

Dilansir TribunWow.com, melalui akun Twiiter @SBYudhoyono yang ia tuliskan pada Minggu (20/5/2018).

Diketahui, pemerintah menetapkan hari Kebangkitan Nasional jatuh setiap tanggal 20 Mei.

Sementara itu, pada tanggal 21 Mei 1988, telah terjadi sebuah pergerakan rakyat yang disebut reformasi.

Adanya dua momentum besar itu, membuat SBY menuliskan beberapa kritik dan saran.

Di awal cuitannya, ia memberikan semangat pemuda untuk rukun dan bersatu.

Setelah itu, di peringatan 20 tahun reformasi, SBY mengajak untuk menilik sejarah tahun 1998 yang saat itu terjadi perlawanan lantaran adanya koreksi dalam kehidupan bangsa yang kuranga adil dan berimbang bagi rakyat.


Dalam kesempatan ini, SBY memberi kritik sekaligus saran agar kekuasaan tidak boleh absolut dan harus tetap menghidupkan demokrasi.

"Th 2018 ini memiliki makna sejarah yg tinggi. Th 1908 - Kebangkitan Nasional. Th 1928 - Sumpah Pemuda. Th 1998 tonggak Reformasi.

Semangat Kebangkitan Nasional 1908, 110 th lalu - Menjadi bangsa yang merdeka & berdaulat. Bebas dari belenggu para penjajah.

Generasi sekarang & mendatang bertugas utk menjadikan Indonesia sebagai Negara Maju (Developed Country) di abad 21 ini.

Semangat Sumpah Pemuda 1928, 90 th lalu - Bersatunya pemuda-pemudi Indonesia di seluruh Tanah Air, yg amat majemuk identitasnya.

Jangan sampai generasi sekarang kurang rukun & kurang bersatu. Berdosa kita kpd para pendahulu. Malu pula kpd generasi mendatang.

Semangat & agenda Reformasi 1998, 20 th lalu - "koreksi besar & mendasar atas kehidupan bangsa yg kurang adil & berimbang bagi rakyat".

Intinya: (1) Kekuasaan tak boleh terlalu absolut, agar kebebasan rakyat & demokrasi hidup.

(2) Hukum tegak & tak tebang pilih.

(3) Ekonomi adil & menyejahterakan seluruh rakyat. (4) Dlm politik praktis (termasuk pemilu), negara (termasuk TNI, Polri & BIN) netral & tak berpihak.

Generasi sekarang & mendatang wajib jalankan & wujudkan amanah reformasi tsb. Kalau tidak, bisa ada reformasi lagi di masa depan.

Jangan lupakan sejarah. Keledai tak tersandung batu yg sama. Bangsa Indonesia adlh bangsa yg besar, bukan keledai & ingat sejarahnya," tulisnya.


BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita