Oleh: Asyari Usman
Kaus oblong #2019GantiPresiden, akhirnya dikomentari oleh Presiden Joko Widodo. Komentar yang bernada tinggi itu disampaikannya di depan acara temu relawan dengan judul “Konvensi Nasional Galang Kemajuan 2018” di Ballroom Puri Begawan, Bogor, Sabtu (7/4/2018).
Komentar Pak Jokowi itu berbunyi seperti ini: “Masa kaus bisa mengganti presiden? Yang bisa ganti presiden itu rakyat.”
Kalau diamati bahasa tubuh Pak Jokowi ketika menyampaikan kalimat-kalimat yang terkait dengan tagar #2019GantiPresiden, beliau serius emosional. Intonasi kalimat-kalimat dengan nada cukup tinggi itu, seingat saya belum pernah terekam selama ini. Tagar #2019GantiPresiden digagas oleh politisi PKS, Mardani Ali Sera.
Terganggukah Pak Jokowi oleh kampanye #2019GantiPresiden?
Kalau pun pertanyaan ini diajukan langsung kepada Pak Jokowi, kemungkinan besar jawabannya, “Saya tidak terganggu”.
Akan tetapi, tampaknya tak bisa beliau sembunyikan kejengkelan terhadap kampanye kaus sablon dan gelang dengan tagar #2019GantiPresiden. Belliau “passionate” sekali mengucapkan komentar yang disebut di atas. Sampai-sampai para hadirin bertepuk gemuruh.
Bijaksanakah atau tidak Pak Jokowi menanggapi kampanye kaus sablon itu? Sebagian orang mungkin akan mengatakan “tidak”. Sebagian yang lain boleh jadi akan mengatakan “wajar”. Yang berpendapat tak bijak akan mengatakan, “masa Presiden terganggu oleh kaus sablon?” Yang mengatakan wajar, mungkin akan beralasan bahwa kampanye #2019GantiPresiden mendapat sambutan luas.
Ada yang berani mengatakan Pak Jokowi panik.
Bagaimana dengan kualitas komentar Pak Jokowi? Nah, ini dia! Sangat tidak etis untuk menilai secara kualitatif. Tapi, ada beberapa kemungkinan di seputar “konten” komentar itu.
Nomor 1: Pak Jokowi melontarkan itu secara spontan, alamiah, tanpa ada masukan dari penasihat politik beliau. Jadi, terasa “original”. Asli. Tentu ini sangat terbuka untuk ditafsirkan.
Nomor 2: Bisa jadi sudah dikonsultasikan dengan tim penasihat beliau. Kalau ini yang terjadi, itu berarti para anggota tim sedang “tak fokus” ketika memberikan masukan kepada Pak Jokowi. Akibat “tak fokus” itu terjadilan peristiwa Nomor 1.
Nomor 3: Bisa jadi juga Pak Jokowi telah dibriefing tentang cara bereaksi dan apa isi reaksinya, namun tim penasihat menganjurkan untuk tidak mengomentari kampanye #2019GantiPresiden. Akan tetapi beliau tetap berkeras untuk menunjukkan kemurkaannya. Akibatnya, terjadilah peristiwa berupa kombinasi Nomor 1 campur Nomor 2.
Selanjutnya, apakah Pak Jokowi bisa menghentikan kampanye #2019GantiPresiden? Dan bagaimana caranya? Berikut ini tip yang bisa ditawarkan kepada beliau.
Pertama. Pak Jokowi bisa menghentikan kampanye ini. Caranya? Sangat mudah. Segera ambil alih tagar tersebut. Mumpung tagar #2019GantiPresiden belum dipatenkan oleh penciptanya, saya sarankan kepada Pak Jokowi agar segera mendaftarkan tagar ini sebagai “merek dagang” (trade mark) atas nama beliau. Kayaknya Menkumham Yosanna Laoly bisa menerbitkanya dalam waktu setengah jam.
Setelah didaftarkan, langsung diumumkan ke khlayak bahwa tagar #2019GantiPresiden sudah menjadi hak milik Pak Jokowi. Dengan begini, tagar yang menjengkelkan itu tidak bisa lagi digunakan oleh pihak lain, termasuk yang sekarang ini menggunakannya.
Kedua. Setelah Pak Jokowi menjadi pemegang sah “merek dagang” tagar itu, beliau langsung memerintahkan ribuan relawannya untuk mencari tempat penjualan kaus #2019GantiPresiden. Dengan mengeluarkan “sedikit” dana, Pak Jokowi segera menyuruh para relawan membelia semua kaus yang telah dicetak.
Setelah semua kaus dibeli, kerahkan para relawan untuk memodifikasi tagar #2019GantiPresiden menjadi #2019GantiPresidenPKS. Biaya modifikasi ini tentu tidak mahal. Hanya menambahkan tiga huruf saja: “PKS”. Jadi, kaus yang dimodifikasi itu bisa langsung dipakai para relawan. Mantap.
Setelah itu, daftakan juga tagar baru itu (#2019GantiPresidenPKS) ke Kemenkumham agar tidak didaftarkan oleh orang PKS.
Supaya lebih aman, untuk jaga-jaga saja, daftarkan juga merek dagang untuk tagar-tagar berikut ini yang mungkin akan dipakai pihak lawan.
Ini yang harus segera didaftarkan: #2019PulangKeSolo, #2019GantiJokowi, #2019BukanJokowi, #2019JanganDiaLagi, #2019MasaDiaLagi, #2019MasaDiaJuga, #2019GantiAja, #2019ABJ, #2019CukupSekali, #2019CukupSatuPeriode, #2019CukuplahSudah, #2019CukupSampaiSini, #2019PresidenBaru, #2019PresidenAnyar, #2019HarusBaru, #2019UntukPrabowoSubianto, #2019UntukPrabowo, #2019PrabowoSubianto, #2019PrabowoPresidenRI, #2019PrabowoPresidenKami, #2019PrabowoPresidenKita, #2019UntukAniesBaswedan, #2019AniesBaswedan, #2019AniesPresidenRI, #2019AniesPresidenKami, #2019AniesPresidenKita, #2019GatotNurmantyo, #2019JenderalGatot, #2019GatotPresidenRI, #2019GatorPresidenKita, dst.
Barangkali ada ratusan lagi tagar yang harus segera didaftarkan sebagai merek dagang. Untuk berbagai kemungkinan tagar lainnya, tentu bisa ditugaskan Kantor Staf Presiden untuk membuatkan “algoritma”-nya. Dengan begini, pihak oposisi akan kehabisan tagar.
Selamat mencoba tip ini, Pak Jokowi.
Agar para pembaca tidak salah sangka, perlu saya tegaskan bahwa #TipIniDibuatSukarela meskipun saya bukan relawan Pak Jokowi. [swa]
*Penulis adalah wartawan senior