www.gelora.co - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto berpesan pada adik angkatan yang kini masih menjabat di kemiliteran. Dia mengingatkan bahwa sebagai prajurit haruslah setia pada rakyat.
"Kau adalah pembela rakyat Indonesia, harus setia pada rakyat," katanya dengan lantang di hadapan ribuan kader dan simpatisan Partai Gerindra di Depok, Minggu (1/4).
Ditegaskan dia, pangkat yang diemban para prajurit itu adalah amanah rakyat. Dia mengaku mendapat pelajaran dari seniornya bahwa TNI adalah tentara rakyat.
"Pangkat yang ada, sama dengan saya dulu. Bintang yang ada di dadamu, itu semua dari rakyat," tegasnya.
Dengan tegas dia mengatakan akan membela UUD 1945 dan menolak sistem neoliberal. Menurutnya, sistem itu dianggap salah dan tidak mensejahterakan rakyat. "Saya Prabowo menjalankan Sumpah Prajurit dan Sapta Marga. Membela UUD 1945," ucapnya lantang.
Alasan dia menentang sistem neolib adalah karena dianggap hanya mensejahterakan segelintir golongan saja. Dan teori trickle down effect tidaklah dirasakan rakyat kecil.
"Yang kaya makin kaya. Kekayaan tidak menetes ke bawah," ucapnya.
Selain iut, Prabowo mengatakan bahwa sistem ekonomi liberal itu salah. Karena sistem ekonomi ini justru menyengsarakan rakyat dimana teori trickle down effect itu dianggap salah.
Prabowo mengatakan sudah sejak tahun 2004 dia menyuarakan bahwa neoliberal itu keliru dan terbukti gagal. Namun sayangnya hal itu tidak didengar kaum elie bangsa.
"Saya sudah bicara sejak 2004. Neolib itu keliru dan terbukti gagal dan tidak mungkin member kesejahteraan. Tetapi (itu) nggak didengar. Neolib terus dijalankan," katanya.
Dulu dia mengaku sempat memahami sistem ekonomi neoliberal. Disebutkan pada masa orde baru diujungnya percaya neoliberal.
"Bahwa ekonomi nggak apa-apa yang kaya hanya segelintir, enggak apa-apa cuma satu persen karena nanti mereka yang kaya satu persen itu akan meneteskan ke bawah. Itu teorinya," ungkapnya.
Prabowo menjelaskan bahwa ucapannya soal salahnya sistem neoliberal yang sudah dibicarakan sejak tahun 2004 ternyata diucapkan juga oleh tokoh dunia barat. Bahkan tahun 2015 Hillary Clinton mengatakan bahwa rakyat Amerika tidak bisa lagi menjalankan teori tersebut. Teori tetesan ke bawah pun dikubur dalam-dalam.
"Apa yang sudah saya sampaikan sudah diakui dunia, elite Jakarta saja enggak mau ngakui. Padahal jaraknya dari Depok Cuma 30 KM tetapi kayak dunia lain," tuturnya.
Sejumlah tokoh barat berpendapat bahwa system ini tidak berpihak pada rakyat. John Maynard Keynes salah satunya, kata Prabowo, yang berpendapat tetesan kepada rakyat kecil itu baru akan menetes ketika kita sudah mati. Artinya, kata dia, tidak pernah ada tetesan ke bawah (rakyat).
"Orang kalau sudah kaya ya ingin kaya lagi. Kapitalis itu harus punya modal. Dengan modal besar dapat yang lebih besar," tukasnya.
Ketika berbicara bahwa neoliberal itu salah, dirinya mengaku mendapat ejekan. Bahkan dianggap tidak paham ekonomi karena latar belakang militernya.
"Yang saya bicarakan angka. Tahun 2008 saya membentuk Gerindra dalam ADART kita katakan bahwa neoliberal itu keliru. Dan kita berjuang untuk kembali pada UUD 1945. Makanya saya selalu bicara pasal 33 UUD 1945," tutupnya.[mdk]