www.gelora.co - Setelah ditunjuk sebagai tim pemenangan Prabowo Subianto, Wakil Gubernur DKI Jakarta ini langsung tancap gas. Dia diam-diam melakukan pertemuan dengan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy alias Romy. Lantas seperti apa hasil pertemuan antara Sandi dan Romy? Apakah PPP bersedia bergabung dengan Gerindra di Pilpres 2019 dan mengusung Prabowo Subianto sebagai capres? Berikut penuturan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Sandiaga Uno.
Beberapa hari yang lalu Anda bertemu dengan Ketua Umum PPP Romahurmuziy, apakah ada indikasi PPP berkoalisi dengan Gerindra di Pemilu 2019?
Kami hanya berbicara mengenai DKI Jakarta. PPP juga telah menyatakan mendukung 100 persen pemerintahan Jakarta untuk 2017- 2022 yang terfokus dalam bidang ekonomi. Beliau pun memberikan masukan seperti apa sih PPP memberikan sumbangsih pemikiran tentang pengelolaan sampah dan pengelolaan banjir.
Selain itu, PPP mendukung Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah atau RPJMD yang sekarang ini sudah di-perda-kan. Setelah itu kami bicara tentang Indonesia. Gus Romy menyampaikan hal yang menjadi temuan kami, termasuk ekonomi yang tidak bergerak untuk kalangan bawah.
Maksudnya ekonomi tidak bergerak di kalangan bawah bagaimana itu?
Jadi, masyarakat merasa lebih susah sekarang dibanding dua atau tiga tahun yang lalu. Makanya kita semua sepakat harus ada arah dan pemerintahan yang lebih fokus dalam bidang ekonomi di 2019.
Adakah pembahasan tentang politik, khususnya persiapan Pilpres 2019?
Kami sepakat diperlukan politik yang saling silaturahmi dan mempersatukan bukan saling sikut menyikut. Kondisi saat ini tentunya harus ada perbaikan dan itu kami sepakati. Kami sepakat lapangan kerja sulit didapat dan ekonomi berat. Terlebih masyarakat menilai kehidupan mereka beberapa tahun ini susah dan hal ini sudah tidak perlu dipertanyakan lagi.
Kalau sudah saling sepakat apakah menjadi pertanda PPP bersedia bergabung dengan Gerindra di Pilpres 2019?
Kami belum bicara ke arah situ. Terpenting kami bersama-sama menyatukan persepsi. Kami tidak mau mencari perbedaan, melainkan kami ingin mencari kesamaan.
Saat itu pembahasannya tegang atau seperti apa, mengingat sampai saat ini PPP berada di kubu pemerintah?
Tidaklah, saya selalu menyampaikan dengan situasi yang cair. Pasalnya saya ingin mempersatukan, mengingat politik itu mempersatukan.
Tetapi Anda berharap PPP bergabung dengan Gerindra di Pilpres 2019 seperti Pilpres 2014 lalu?
Kami hanya mengajak seluruh bangsa tidak terkecuali masyarakat memikirkan, bahwa ekonomi ini dalam keadaan yang memprihatinkan. Artinya kita semua sama-sama bekerja keras. Saya rasa daripada kita semua memecah belah lebih baik mempersatukan satu persepsi yang sama.
Kalau PAN yang mengusung Zulkifli Hasan jadi cawapres, tanggapan Anda?
Tentu kami tampung soal itu.
Anda melihat peluang PAN dan Demokrat berkoalisi dengan Gerindra sejauh mana?
Sangat terbuka dan kami sangat membuka peluang untuk bisa sama-sama membangun Indonesia lebih baik lagi dengan titik fokus di bidang ekonomi.
Seberapa besar persentase peluangnya?
Sangat terbuka dan kami membuka pintu seluas-luasnya untuk dua sahabat kami (PAN dan Demokrat) serta partai-partai lain tentunya ya.
Kalau kesepakatan dengan PKS bagaimana jika PAN bergabung?
Sangat dimungkinkan dan kami bersama PKS sudah menjalin kerjasama yang panjang. Kami yakin memiliki suatu kesamaan dari sisi menangkap aspirasi masyarakat. Akan tetapi yang terpenting sekarang adalah mencari persepsi yang sama, yaitu bagaimana membangun Indonesia menjadi lebih baik ke depannya.
Jadi Prabowo memilih cawapres dari kesepakatan untuk membangun Indonesia menjadi lebih baik?
Kami sekarang ini sudah memberikan mandat calon presiden kepada Pak Prabowo dan Pak Prabowo terus akan membangun mitra koalisi. Jadi kami akan menampung seluruh masukan dari mitra koalisi.
[rmol]