Hasil Survei, Ini Alasan Masyarakat Ingin Jokowi Diganti

Hasil Survei, Ini Alasan Masyarakat Ingin Jokowi Diganti

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Direktur Riset Media Survei Nasional (Median) Sudarto mengatakan permasalahan ekonomi menjadi salah satu faktor yang membuat masyarakat ingin Joko Widodo selaku presiden diganti pada pilpres 2019.

"Mulai sembako mahal, pekerjaan susah, ekonomi sulit, hingga tarif listrik menjadi faktor utama masyarakat ingin ganti Jokowi dengan pemimpin lain," ucap Sudarto selepas merilis hasil survei elektabilitas kandidat di Cikini, Jakarta Pusat pada Senin, 16 April 2018.

Menurut Sudarto, orang-orang memang sudah cukup puas dengan kinerja Jokowi membangun infrastruktur. Namun, menurut dia, hal tersebut belum bisa menutupi penderitaan yang dirasakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Sudarto pun menyebutkan elektabilitas Jokowi dalam pilpres mendatang akan membaik, bergantung pada kebijakan calon presiden inkumben itu. "Jika menjelang 2019 bisa mengeluarkan kebijakan ekonomi prorakyat dan meringankan penderitaan rakyat, kemungkinan besar akan naik," ujarnya.

Survei Median menunjukkan masyarakat menginginkan Jokowi diganti oleh tokoh lain pada pilpres 2019. Dari survei itu, sebanyak 46,4 persen responden ingin Jokowi diganti tokoh lain.

Jumlah tersebut sedikit lebih banyak ketimbang responden yang memilih Jokowi memimpin kembali, yakni sebesar 45,22 persen. Ada 8,41 persen responden yang memilih untuk tidak menjawab pertanyaan itu.

Sudarto menuturkan hasil survei ini menjadi peringatan bagi Jokowi. "Warning kuning kemerahan untuk Jokowi, karena ada sedikit lebih banyak orang yang ingin Jokowi diganti," ucapnya.

Median melakukan survei dengan sampel 1.200 responden warga yang memiliki hak pilih. Survei tersebut memiliki margin of error sebesar lebih-kurang 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Sampel dipilih secara acak dengan teknik multistage random sampling serta proporsional atas populasi di provinsi dan gender. Adapun kontrol kualitas dilakukan terhadap 20 persen sampel yang ada. [tempo]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita