Babak Baru PPP vs Lulung

Babak Baru PPP vs Lulung

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Tarik ulur hubungan antara politikus PPP Abraham 'Lulung' Lunggana dan PPP kembali memanas. Lulung yang mengaku masih cinta dengan PPP pamer mendapat banyak tawaran untuk pindah partai.

Lulung secara terang-terangan menyebutkan jika ditawari Ketum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra menjadi kader. Tawaran itu disampaikan Yusril melalui telepon.

"Saya belum pernah ketemu Bang Yusril, tapi telepon-teleponan pernah. Ngajak ketemu saya," kata Lulung saat berbincang dengan detikcom, Senin (16/4).

Bahkan Lulung juga mengaku ditawari oleh Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon dan Ketua DPD DKI M Taufik untuk bergabung. Meski mendapat sederet tawaran itu, Lulung mengaku masih berat hati untuk meninggalkan PPP.

"Aku cinta sama PPP, aku sampai saat ini masih mencintai PPP kalau orang-orang yang berkuasa di PPP tidak mencintai saya. Artinya, saya bertepuk sebelah tangan, saya boleh hijrah, dong. Dia punya politik menutup diri, saya juga punya hak politik untuk hijrah," paparnya.

Sekjen PPP Arsul Sani pun angkat bicara ketika disinggung soal partainya menutup diri untuk Lulung. Arsul mengungkap, pasca-islah, sudah ada upaya merangkul Lulung dan tokoh-tokoh lain yang sempat berseberangan. Upaya tersebut dijalankan sesuai dengan amanat muktamar PPP, yang memerintahkan DPP islah dengan semua pihak.

Arsul Sani, ditemani Ketua Majelis Pertimbangan Pusat (MPP) PPP Suharso Monoarfa dan pengurus DPP PPP lainnya, menemui Lulung lebih dari 6 bulan lalu. Dalam pertemuan itu, Arsul memberikan tawaran kepada Lulung.

"Kepada Haji Lulung kita tawarkan agar dia masuk ke DPP, naik pangkat, ada di jajaran ketua DPP. Kan dia ketua DKI, kita jadikan dia naik jadi koordinator wilayah, misalnya Jakarta-Banten. Wilayah binaan dia tidak hanya sekadar DKI Jakarta. Kemudian kita tawarkan nyaleg DPR RI, dari dapil mana di Jakarta yang dia mau, dan dia nomor satu," kata Arsul kepada detikcom, Selasa (17/4).

Tawaran 'mulia' untuk Lulung itu pun buntu. Lulung menolak semua tawaran tersebut. Lulung minta tetap di kursi Ketua DPW DKI dan jika PPP dapat posisi pimpinan DPRD, Lulung minta tetap dia yang jadi pimpinan.

Arsul mencoba mengalah. Permintaan Lulung soal kursi pimpinan DPRD DKI dipenuhi. Namun Lulung tetap diminta masuk ke jajaran DPP PPP. Tawaran itu ditolak Lulung, yang tetap ingin menjabat sebagai Ketua DPW DKI. Arsul yang sudah mengalah, tak mau memberi tawaran lebih jauh lagi.

"Itu nggak cengli di situlah. Kami sudah ngalah, walaupun Anda (Lulung, red) bukan ketua DPW... karena Lulung kan orang hebat, kehebatan dia itu harus dimanfaatkan untuk membina PPP di tingkat nasional. Ketua DPRD DKI pun tidak kita larang, kursi pimpinan kita berikan. Ya kita tahulah, take home pay anggota DPR kalah besar dari DPRD DKI," ujar Arsul.

"Jadi yang mau kita bilang, kita udah ngalah nih, yang ente minta kita kasih satu deh, lalu ente kita 'muliakan', naik pangkat. Jadi nggak benar kita menutup diri," imbuh wakil rakyat dari Pekalongan ini.

Lulung Merasa Dibohongi

Lulung membenarkan menolak semua tawaran 'mulia' PPP. Menurutnya, dia layak mendapatkan apresiasi setelah berhasil meraup 10 kursi di DKI ketika menjabat sebagai Ketua DPW.

Selain alasan itu, Lulung mengaku bertahan sebagai Ketua DPW DKI bukan karena jabatan melainkan ingin mempertahankan amanat umat. Dia menyebut para pendukung PPP banyak yang kecewa ketika partai berlambang Kakbah itu akhirnya mendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai Gubernur DKI.

"Tawaran saya bilang begini, 'kondisi saat ini sangat berbeda ya mbok kasihkan saya kembali yang namanya SK Bandung, SK DKI, biar saya allout'. Persoalannya kan kepercayaan publik ke umat ini berkurang, karena tidak memilih yang sesuai AD/ART dia memilih lain, kasarnya saya bilang pilih Ahok. Ini kekecewaan masyarakat ini saya antisipasi oleh karenanya saya melawan keputusan DPP," urainya.

"Maka dari itu, saya bertahan pada posisi saya dong, Muktamar Pondok Gede itu Muktamar Bandung. Kalau mau fair, saya jangan ditawarin ke DPP, harusnya ada Muswil DPW PPP di situ kalau dia tidak mau menyerahkan hasil Muktamar Pondok Gede ya, pesertanya harus saya. Saya di situ mulai dipotong Aziz yang tadinya sekretaris saya jadi ketua. Balikin dong SK saya ketua DPW, sekjennya Aziz," imbuh Lulung.

Lulung pun menyebut pencopotannya sebagai Ketua DPW DKI tanpa musyawarah wilayah (Muswil) tak sesuai dengan AD/ART partai. Dia juga mengaku dibohongi ketika mendeklarasikan dukungan untuk Ketum PPP Romahurmuziy pasca dualisme dengan Djan Faridz. Akibatnya, Lulung mengaku tak percaya lagi dengan DPP PPP.

"Saya nih sekarang dibohongin, kalau jadi ketua DPW deklarasi siap diperintah Rommy, geger tuh. Makanya kemarin saya deklarasi, komentar saya jadiin profil FB-nya Rommy. Haji Lulung sudah gabung ke kita, Haji Lulung serahkan kantor DPW, saya serahkan. Terus saya dijanjiin jadi ketua, mana percaya saya, DPW aja saya nggak dikasih, buat deklarasi aja nggak dikasih," kata Lulung.

Lulung pun sesumbar, jika dia pindah partai, dia yakin PPP tak akan mendapatkan kursi yang cukup di DPRD. Lulung pun mengingatkan pimpinan PPP agar bertobat dan kembali menjaga amanat umat.

"Kalian nggak akan jadi anggota Dewan kalau nggak ada umat. Kalau (PPP) ini saya tinggal, nggak dapet 5 kursi. Insyaflah, jangan bicara THP, posisi, bagaimana cara mempertahankan umat. Di Jakarta, Haji Lulung masih dipercaya," ucap Lulung.

Arsul Sani merespons santai soal klaim Lulung yang ditawar banyak partai. Arsul menilai wajar seorang tokoh ditawari bergabung masuk partai, apalagi menjelang Pemilu 2019.

Arsul kemudian mencontohkan Priyo Budi Santoso, yang pindah dari Golkar ke Partai Berkarya. Dia juga menyebut soal Syahrul Yasin Limpo, yang sekarang jadi penggawa NasDem.

"Itu hal yang biasa. Dinamika politik biasa, kami tidak menganggap berlebihan," ujar Arsul. [dtk]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita