www.gelora.co - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menanggapi santai sindiran yang dilontarkan oleh Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fadli Zon soal pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Fadli Zon meminta Sri Mulyani yang baru saja menyabet penghargaan sebagai menteri terbaik di dunia untuk segera mencari solusi mengatasi nilai tukar ini.
Namun, Sri Mulyani menjelaskan bahwa pelemahan rupiah yang terjadi belakang ini lebih dikarenakan oleh faktor global.
Oleh karena itu, Sri Mulyani merasa tak ada persoalan dalam negeri yang perlu ia selesaikan.
"Menyelesaikan apa? Persoalan yang diselesaikan apa?" kata Sri Mulyani di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (6/3/2018).
Sri Mulyani mengatakan, pelemahan rupiah belakangan ini lebih dikarenakan sentimen yang berasal dari AS.
Salah satunya pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell yang mengindikasikan bakal adanya kenaikan suku bunga acuan The Fed. Pernyataan itu memengaruhi persepsi pelaku pasar AS.
Pelaku pasar AS yang selama ini menempatkan dananya di berbagai negara termasuk di Indonesia, akhirnya menarik dana tersebut.
Akibatnya, persediaan dolar di negara yang bersangkutan berkurang dan membuat nilai tukar dolar AS menguat sekaligus menekan nilai tukar mata uang negara setempat.
"Kalau saya harus menyelesaikan apa yang dilakukan Amerika, ya bukan saya lah," kata Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.
Fadli Zon sebelumya menyindir Menteri Keuangan Sri Mulyani lantaran nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Fadli menilai, saat ini upaya pemerintah yang diwakili Kementerian Keuangan untuk memperkuat nilai tukar rupiah belum optimal.
Padahal, saat ini sudah ada intervensi dari Bank Indonesia.
"UUD kita tak membolehkan rupiah kita floating. Suruh mereka (pemerintah) berpikir, kan menteri terbaik di seluruh dunia (Sri Mulyani). Bagaimana ini, memikirkan rupiah melemah. Ini persis dulu," kata Fadli di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (5/3/2018).
Fadli pun merasa aneh karena Pemerintah Indonesia selalu bangga dengan pujian International Monetary Fund (IMF) atas kinerja ekonomi yang baik.
Padahal, menurut Fadli, pujian IMF itu justru tidak sesuai dengan fakta di lapangan.
[kmp]