www.gelora.co - Soal materi khutbah yang disusun Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Prof Jimly Asshiddiqie, menuturkan, pengaturan khutbah di Indonesia sebetulnya sudah berkali-kali dicoba sejak zaman Belanda.
Tapi, menurut Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) ini, hal itu sulit dilakukan.
“Karena budaya kita ini, kan, ahlussunnah wal jamaah. Beda dengan Syiah. Kalau Syiah itu terstruktur. Ada hirarki. Kita tidak. Kultur masjid kita lain dengan struktur masjid di Malaysia yang di bawah kerajaan. Begitu juga Saudi.
Kita ini enggak. Masjid itu milik umat. Dimana ada umat Islam, dia bikin masjid. Maka tidak ada strukturnya. Jadi masjid di Indonesia itu khas,” terangnya kepada para wartawan termasuk hidayatullah.com seusai kajian “Umat Islam dalam Spektrum Politik” di aula A.H. Nasution Masjid Cut Meutia, Jakarta, Rabu (14/02/2018).
Maka, sambungnya, tidak mungkin isi khutbah diseragamkan.
“Pengurus masjidnya aja enggak tau apa yang mau dikhutbahkan oleh khatib. Suka-suka dia (khatib) aja itu,” pungkasnya.
[hdy]