www.gelora.co - Ekonom senior Dr. Rizal Ramli bercerita tentang bagaimana dia "mengkepret" alias memecat pejabat nakal saat menjabat kepala Badan Urusan Logistik (Bolog).
"Saya kasih contoh waktu 16 tahun lalu, saya masih jadi kepala Bulog. Pada waktu itu, saya ingin berkunjung ke Karawang, bertemu petani sekitar jam 12 siang," kata RR membuka ceritanya dalam satu diskusi di Jakarta, belum lama ini.
Di lokasi kunjungan, RR bertanya kepada para petani berapa harga gabah, mereka kompak menjawab Rp 2.500.
"'Wah, hebat sekali anak buah saya'. Karena pemerintah kan maunya waktu panen patok harga gabah lumayan, supaya petani untung. Mereka (petani), (harga gabah) Rp 2.500. Saya pikir, hebat bangat, sesuai dengan target-target kita," ujar Menko Prekonomian era Presiden Gus Dur ini.
Tiba-tiba, lanjut RR, masuk telepon dari asistennya di lapangan. "Pak ini di radius 5 km, harganya Rp 2.100," kata sang asisten melaporkan.
Dia pun bertanya-tanya, bagaimana kejelasannya di sini Rp 2.500, di sebelah tidak jauh hanya radius 5 km harganya Rp 2.100.
"Saya tahu, saya dikadalin," sebut RR.
Akhirnya, dia meminta kepada semua pejabat Bulog untuk kumpul dan ngadem di bawah pohon. Bersama dia hanya ada petani dan wartawan.
"Saya ulangi lagi pertanyaanan kepada petani, 'Pak harga gegabah berapa hari ini?'. 'Rp 2.500 Pak'. 'Kalau kemarin berapa Pak ya harganya?'. 'Oh, kalau kemarin Rp 2.100 Pak'. 'Tadi pagi berapa, jam 9, harganya?'. 'Kalau tadi pagi jam 9 harga gabah Rp 2.100'. 'Loh, kapan harga gabah Rp 2.500?'. 'Hanya 2 jam sebelum Bapak datang," papar RR meniru dialognya dengan petani.
"Pelabat Bulog pada bingung. Malu dan rusak dong kalau pejabat Indonesia seperti ini," kata RR.
"Saya panggil pejabat Bulognya, daerah satu, Karawang. 'Saya mohon maaf, Bapak saya pecat'. Suapa kasih shock therapy. Tell me the, so we can solve the problem. Jangan kasih laporan yang cuma bikin senang saja. Walau pun kemudian saya angkat lagi, tapi saya turunkan ke Bulog kelas III. Saya kasih shock therapy, tell me the truht!" sambungnya.
Padahal, ungkap RR, dalam rapat-rapat dengan pejabat, dilaporkan tidak ada malasah dan semua beres.
"Tapi kok rakyat komplain, berarti ada yang tidak beres dong. Makanya, lebih bagus kita dengarkan apa yang sesungguhnya, kemudian kita perbaiki," pungkas mantan Menko Maritim ini.
[rmol]