www.gelora.co - Tersangka ujaran kebencian Zulkifli Muhammad Ali bicara soal pernyataan KTP dicetak di Prancis dan China yang dinilai menyebarkan berita bohong. Zulkifli mengatakan dia hanya mengutip dari pemberitaan media.
"2016 sangat masif pemberitaannya (KTP dicetak di Prancis dan China). Bukti-bukti di lapangan juga ada. Dan apa media seperti itu dan banyak dai dan ulama menyampaikan di mimbar, akhirnya saya salah seorang yang ikut menyampaikan," ujar Zulkifli setelah diperiksa di gedung Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim, Jalan Jatibaru, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (18/1/2018).
Menurut Zulkifli, dia menjadi sorotan publik atas pernyataan itu karena populer di mata masyarakat. Apalagi video itu direkam dan diviralkan.
"Hanya mungkin karena saya full power menjadi sorotan lebih dan saat itu juga ada yang merekam," ujarnya.
Kepada polisi, Zulkifli juga menjelaskan soal prediksi kekacauan di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Zulkifli mengaku pertanyaannya itu bersumber atas ensiklopedi akhir zaman oleh Syekh Doktor Mohammad Ahmad al-Toyor sesuai dengan hadis Nabi Muhammad SAW.
"Disampaikan bahwa bahagian dari kaitannya tidak lepas dari hadis Nabi tentang akhir zaman, di mana di muka bumi ini merata kekacauan dan itu mulai dirasakan ketika Rasul mengatakan saat Arab Saudi berlomba memperebutkan kekuasaan," ujar dia.
"Kekacauan ini ditentang dan akan merata ke seluruh dunia. Termasuk di Indonesia, termasuk di Jakarta. Apabila umat ingin mendengar, tidak bisa menampik," tuturnya.
Sebelumnya, analis kebijakan madya Humas Polri Kombes Sulistyo Pudjo mengatakan Zulkifli menyebut terdapat sejumlah KTP Indonesia yang dicetak di Prancis dan China yang akan digunakan oleh warga negara asing.
"Bahwa pada menit-menit tertentu, ada yang disebarkan ke internet, adanya konten-konten informasi bahwa jutaan KTP telah dicetak di Prancis maupun di China dan akan digunakan dari orang luar Indonesia. Kemudian adalah adanya pasukan yang akan siap masuk ke Indonesia," ujar Pudjo.
Polisi menilai ceramah tersebut mengandung berita bohong. Ceramah itu juga dinilai membuat resah masyarakat.
"Itu berita bohong itu menyebarkan permasalahan informasi yang kurang benar yang bisa meresahkan masyarakat. Dan tentu saja, karena berita ini menyebar, harus dihentikan, tentu saja kami memanggil beliau yang karena faktanya ada," ujar Pudjo. [dtk]