www.gelora.co - Raut tampak tak sabar menunggu nomor antreannya dipanggil terlihat dari wajah Asep Padiroh. Pemuda asal Bogor itu merupakan salah satu peserta penghapusan tato gratis yang diadakan di Masjid Cut Meutia, Menteng, Jakarta, Sabtu (27/1).
Asep menceritakan, ia tiba di masjid tersebut sejak subuh. Dia yang memiliki niatan untuk menghapus tato batik di bahunya tak ingin melewatkan kesempatan mengikuti kegiatan penghapusan tato tersebut.
“Alhamdulillah juga ada di sini hapus tato, tahunya kan ini di Tebet tapi pindah di sini. Jadi saya tadi ke sini subuh sudah berangkat. Harusnya yang pertama, tapi lupa belum ambil nomor antrean,” kata Asep kepada kumparan (kumparan.com) pada Sabtu, (27/1).
Asep mengungkapkan, tato batik di batiknya telah dibuat sejak usia 14 tahun. Atas nama pertemanan menjadi alasan Asep kala itu membuat tato. Kala itu tak ada penyesalan di benaknya karena semua demi teman.
“Ya karena pergaulan, saya menghargai teman, karena yang membuatnya itu teman. Jadi awalnya kami biasa main gitu terus teman iseng-iseng bikin tato,” kenang Asep. “Tadinya saya juga enggak mau, tapi karena menghargai teman akhirnya kebawa,” tuturnya.
Asep terpikir ingin menghapus tatonya saat menyadari dirinya kini bukan remaja lagi, ia sudah berkeluarga. Asep tidak mau anaknya kelak mengetahui kalau ayahnya punya tato yang terkesan tidak baik. Ditambah, Asep menyakini keberadaan tato tersebut bisa saja mengurangi pahala ibadahnya.
Niat Asep untuk menghapus tato sebenarnya telah lama. Namun ia terkendala biaya.
Ketika mengetahui ada pelayanan hapus tato gratis, ia langsung mendaftar tanpa memberi tahu istrinya. Asep ingin istrinya tahu tiba-tiba tato tersebut sudah hilang di bahu kanannya.
Usai Salat Zuhur dan makan siang, sekitar pukul 13.25 WIB, petugas memanggil nomor 18, nomor antrean yang dibawa Asep. Ia lantas memasuki ruangan nomor 15. Raut wajah tegang dan tak sabar terpancar dari Asep.
Petugas penghapus tato lantas mengoleskan alkohol di atas tato Asep sebelum nantinya laser menghilangkan tatonya. “Rasanya adem sekarang,” ujar Asep.
Sekitar 20 menit kemudian petugas memulai mengeksekusi tato Asep. Asep tampak terdiam dan serius saat laser perlahan menghapus tatonya. Tidak ada raut ketakutan diwajahnya. Senyumnya mengembang saat laser selesai menyentuh sekujur tato di bahunya.
“Rasanya kaget di awal pas pertama laser nyentuh kulit,” tuturnya.
Petugas lantas memberikan obat kepada Asep. Obat tersebut harus setiap hari dioleskan di luka bekas tato Asep hingga mengering.
Saat keluar dari ruangan, Asep mengungkapkan tidak akan melukis tato lagi di tubuhnya. Ia mengaku menyesal telah membuat tato dibahunya.
“Ya menyesal. Cukup lah dunia nakalnya, masa-masa remaja ini kan nakalnya,” turur Asep.
Asep berpesan, khususnya kepada anak muda, jangan sekali-kali mencoba menghias tubuh dengan tato. Sebab, kata dia, penyesalan akan muncul saat menyadari tubuh lebih indah tanpa tato. [kmp]