www.gelora.co - Penyebab tak kunjung pulangnya Habib Rizieq ke Tanah Air masih menjadi tanda tanya besar. Banyak yang berspekulasi bahwa kepergiaannya dari Indonesia itu untuk menghindar dugaan sejumlah kasus yang menjeratnya.
Namun, dugaan tersebut dibantah langsung oleh Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) itu dalam sebuah video rekaman yang beredar di media sosial.
Video berdurasi 13 menit yang diunggah akun facebook Amir Mujahid itu, direkam saat Habib Rizieg berdialog dengan ratusan jamaah umroh dari Indonesia yang berada di Mekah Al-Mukaromah.
Dalam video itu, Habib Rizieq membeberkan alasannya pergi dari Indonesia. Diawali dengan pertanyaan seorang jamaah wanita yang mengaku alumni aksi 212. Disela-sela pemaparannya, jamaah tersebut kemudian meminta Habib Rizieq untuk kembali ke Indonesia.
“Saya berharap dengan carut-marut negara kita, saya mohon ketika kondisi yang semakin terpuruk, mungkin seorang Habib Rizieq menjadi salah satu sumber kekuatan kami, nah kami berharap cepatlah pulang Habib,” kata jamaah itu.
Mendengar pernyataan jamaah itu, Habib Rizieq pun memaparkan alasannya keluar dari Indonesia. Menurut dia, keputusan dirinya keluar dari Indonesia sudah melalui suatu proses perjuangan yang sangat luar biasa. Mulai dari berbagai macam upaya teror, upaya menghalangi dakwahnya sampai upaya untuk membungkam dirinya.
Sebelum aksi 411, lanjutnya, upaya-upaya teror itu sudah berlangsung. Dimulai dari tembakan sniper ke kamar tidurnya, dua bom mobil yang diledakan pada saat ia tablik akbar di Cawang, hingga serangan-serangan bom molotov ke beberapa posko-posko FPI.
“Sampai-sampai setiap keluar dari rumah saya selalu pesan ke istri, saya keluar belum tentu pulang karena segala sesuatu bisa terjadi di jalan. Jadi kondisinya sudah seperti itu,” tutur Habib dalam video tersebut.
Tak hanya sampai disitu, teor dan ancaman terus diterima Habib. Bahkan, pesantrennya juga di kepung oleh aparat Brimob dengan dalih latihan. Padahal wilayah pesantren Habib itu bukan tempat latihan.
“Jadi itu semua teror. Saya pesan kepada istri dan anak kalau terjadi sesuatu yang darurat saya sudahkan siapkan pasport, saya bilang segera kalian tinggalkan Indonesia,” kata Habib.
Melihat deretan teror itulah, Habib mencium adanya upaya untuk menangkap dirinya. “Makanya saya segera keluar dari Indonesia. Sebetulnya sudah beberapa kali mereka ingin menangkap saya, tapi selalu gagal,” terang Habib.
Jadi artinya, lanjut Habib sebelum ia pulang, dirinya harus mempelajari terlebih dahulu semua segala kemungkinan. “Saya tidak mau kepulangan saya merugikan umat Islam, kalau saya yang rugi bagi saya tidak masalah, saya tidak mau perjuangan umat dirugikan,” tuturnya.
Pengakuan mengejutkan lainnya diungkap Habib. Menurutnya, pasca aksi 212, ia pernah ditawari dana sebesar Rp1 triliun untuk membangun pesantren dan perkebunan dengan satu syarat aksi bela Islam tidak dilanjutkan.
“Tawaran itu saya tolak. Dan saya tahu baisanya mereka pakai ilmu rangkul, kalau gak mau di rangkul di gebuk,” kata Habib.
Seminggu kemudian, ia ditawari kembali dengan tawaran serupa. Namun, tawaran itu kembali ia tolak. Tak lama munculah aksi kriminalisasi terhadap dirinya.
Mulai dari tuduhan soal pancasila, soal sampurasun, soal tuhan beranak bidannya siapa, soal jenderal berotak hansip, soal menyerobot tanah, soal lambang palut arit di dalam uang, sampai fitnah cat mesum.
“Jadi tujuan mereka ingin hancurkan karakter, kepribadian serta kehormatan saya, suapaya umat jauh tidak percaya lagi sehingga tidak lagi berupaya menumbangkan si penistaan agama,” tegasnya.
Di akhir pemaparannya, Habib menegaskan bahwa, meskipun berada di luar negeri, gerakan, semangat dan perjuangannya tetap hadir di Indonesia, agar ruh 212 tidak padam.
[psi]