www.gelora.co - Analis Kebijakan Publik Abdulrachim Kresno menyoroti peporma BUMN di bawah kepemimpinan Rini Soemarno selaku Menteri BUMN, pasalnya meskipun triliun dana PMN ditelorkan dari APBN, namun banyak BUMN mengalami kerugian.
Tercatat pada APBN 2016, pemerintah telah menyuntikkan modal sebesar 47,8 Trilyun kepada berbagai BUMN. Tetapi sampai dengan semester I 2017, ada 24 BUMN yang merugi 5,852 trilliun (naik sedikit dari tahun sebelumnya).
“Artinya tidak ada kemajuan dari tahun sebelumnya. PT. Garuda Indonesia Tbk, merugi paling besar yaitu sebesar 3,77 Trilyun sampai dengan semester I 2017, naik 349 % dari periode yang sama tahun yang lalu. Bahkan pada kwartal III 2017, Garuda Indonesia mengalami kerugian 5 kali lipat dari tahun sebelumnya di periode yang sama. Kuartal III 2017, rugi USD 222,04 juta, sedangkan periode yang sama 2016, rugi USD 44,01 juta,” kata dia secara tertulis, Senin (11/12).
Dia membandingkan BUMN di negara – negara lain bisa menjadi motor penggerak ekonomi negaranya dan menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi.
“Contonya ICBC dan China Construction Bank adalah bank terbesar di China dan dunia adalah BUMN. Demikian juga Sinopec yang bergerak dibidang oil and gas adalah perusahaan BUMN terbesar di China dan papan atas di dunia. Pun demikian juga China Railway Construction Corporation yang membangun KA Cepat Jakarta – Bandung adalah BUMN besar yang mempunyai proyek di Iran, Malaysia, Singapura,” ujar dia.
Oleh karena itu, dengan berbagai temuan fakta yang ada, keberadaan Rini Soemarno dalam kabinet Jokowi yang tidak tergoyahkan selama 3 tahun dengan berbagai macam kasus dan dugaan korupsi, diperkirakan bakal menciptakan beban luar biasa bagi masa depan Indonesia.
“Keberadaan Rini Soemarno tersebut, secara langsung bakal menggerus elektabilitas Presiden Jokowi. Karena masyarakat pasti akan bertanya-tanya tentang ketegasan Jokowi terhadap berbagai kasus dugaan korupsi yang melibatkan kalangan internal kabinetnya, yang justru seharusnya paling cepat untuk dibersihkan,” pungkas dia.[akt]