www.gelora.co - Kelompok radikalisme di Indonesia bakal berperan dalam Pilpres 2019. Kelompok ini diprediksi akan bersatu melawan petahana, Joko Widodo. Hal itu ditegaskan Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargens.
Menurut Boni, kelompok radikalisme itu, tidak sendirian. Sebab, jumlah kelompok ini terbilang masih kecil. Kelompok ini justru diprediksi akan dirangkul oleh kelompok agama-politik yang cenderung bersifat pragmatis.
Pernyataan Boni dalam acara diskusi di bilangan Semanggi, Jakarta Selatan (13/12) ini mengundang reaksi keras dari banyak kalangan, terutama aktivis Islam.
Pemikir Islam Farid Wadjdi mengingatkan, jika yang dimaksud radikal oleh Boni itu adalah kelompok Islam, hal ini merupakan jebakan maut untuk Jokowi.
“Kalau radikal yang dimaksud adalah Islam, maka yang terjadi pertarungan Rezim Jokowi vs Islam
Ini jebakan maut untuk Presiden Jokowi,” tegas Farid Wadjdi di akun Twitter @faridwadjdi.
Pertanyaan keras juga dilontarkan aktivis Muhammadiyah Mustofa Nahrawardaya. Di akun @NetizenTofa, Mustofa menulis: “Pandangan-pandangan ngelantur seperti inilah yang akan menumbangkan Pak Jokowi kelak. Suruh @bonihargens teriak seperti ini tiap hari.”
Boni Hargens menegaskan “kelompok agama-politik yang cenderung bersifat pragmatis” salah satunya berbentuk partai politik. Kedua kekuatan tersebut, kata Boni, cenderung menggunakan isu-isu irasional untuk menggerus kepercayaan publik terhadap lawannya. Dalam konteks Pilpres 2019, tentu lawannya adalah Jokowi.
"Kalau terhadap Jokowi, dibilang PKI-lah, anti-Islam dan isu-isu lain yang irasional. Dia tidak berteriak soal kinerja, dia tidak berbicara tentang apa yang sudah dikerjakan Jokowi," ujar Boni.[ito]