www.gelora.co - Meski menjuarai mayoritas jumlah pemilih Pilpres 2019, posisi Joko Widodo (Jokowi) sebenarnya belum terlalu aman. Apalagi, perolehan suaranya hanya berbeda 30 persen sehingga berpotensi disalip oleh sejumlah pesaingnya.
Direktur Indo Barometer Mohamad Qodari membeberkan beberapa alasan kenapa suara Jokowi tidak berbeda jauh dari pesaingnya. Hal itu tak lepas dari banyaknya masyarakat yang belum puas dengan kinerja sang petahana.
"Dalam survei kami, sebanyak 12,4 persen menganggap di masa Jokowi, pengangguran masih banyak dan 9,9 persen menilai pembangunan belum merata," kata Qodari dalam acara 'Siapa Penantang Potensial Jokowi di 2019' di Hotel Atlet Century Park, Jalan Senayan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Minggu (3/12/2017).
Faktor lain yang membuat masyarakat tak suka dengan Jokowi lantaran menganggapnya terlalu banyak pencitraan, kurang berwibawa dan penegakan hukum yang belum adil, menjadi pertimbangan responden belum puas.
"Apalagi ada indikator seperti biaya listrik mahal (8,8 persen), biaya kesehatan mahal (5,5 persen) dan terlalu pro kepada Cina (6 persen) juga menjadi perhatian responden)," ungkapnya.
Tak cuma itu, di bawah kepemimpinan Jokowi jumlah korupsi baik di tingkat pusat maupun daerah juga masih banyak.
"Selain itu, faktor mahalnya biaya pendidikan dan bantuan tak tepat sasaran menjadi keluhan masyarakat," pungkasnya.
Hal lain yang menurut responden puas adalah meningkatnya pembangunan, dekat dengan rakyat kecil, menepati janji kampanye dan dan tegas dalam memberi kebijakan.
Indo Barometer merilis hasil survei nasional mengenai Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Hasilnya nama Joko Widodo menempati posisi teratas sebagai calon presiden 2019 ketimbang Prabowo Subianto.
Nama Jokowi mendapat nilai sebesar 34,9 persen. Lalu, Prabowo memperoleh dukungan publik sebesar 12,1 persen. [kml]