Permainan Dua Kaki PDIP di Pilgub Jatim

Permainan Dua Kaki PDIP di Pilgub Jatim

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Kesediaan Emil Dardak menjadi pasangan calon gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang diusung Nasdem, Golkar, dan Demokrat untuk berhadapan dengan Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dan Abdullah Azwar Anas merupakan strategi dua kaki yang dijalankan PDI Perjuangan. Sebab Emil merupakan kader PDI Perjuangan seperti halnya Azwar Anas.

Pengamat Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro mengungkapkan Khofifah memiliki jalinan dengan PDIP melalui restu Joko Widodo sedangkan Gus Ipul mengantongi restu Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

"Ini kan seperti memilih Megawati atau Jokowi, kan sama saja," jelasnya ketika dihubungi detik.com, Kamis (23/11/2017) malam.

Khofifah memilih Emil yang merupakan Bupati Trenggalek atas restu 'Tim 9' yang terdiri dari para kiai NU. Keputusan itu membuat PDIP meradang dan mengancam akan memecat Emil.

Namun bagi Zuhro, hal hanya dramatisasi belaka. Kisah Emil menjadi Bupati Trenggalek cenderung instan. Ia mengikuti penjaringan bakal calon bupati Trenggalek di PDIP pada Mei 2015 bersama calon lain, yakni Sri Rahayu Mochammad Nur Arifin.

Padahal di bulan yang sama Emil sudah berkomitmen menjadi calon walikota Depok bersanding dengan aktivis sosial Andi Malewa melalui jalur independen. Emil kemudian memutuskan pergi ke Trenggalek dengan alasan kabupaten itu merupakan asal leluhurnya.

Menurut Zuhro inti pilkada Jatim bukan posisi Emil, melainkan Khofifah dan Gus Ipul. PDIP tak mau melepas dua calon potensial yang berseteru ini. Dua calon ini memiliki dukungan setimbang dari kalangan kiai Nahdlatul Ulama (NU) di Jawa Timur. Mereka pernah beradu pada Pilgub Jawa Timur, 2013.

Gus Ipul yang menjadi pendamping Soekarwo, mengungguli Khofifah dengan perolehan 8,2 juta suara (47,25 persen). Sedangkan Khofifah yang berpasangan dengan Herman Surjadi Sumawiredja mendapat 6,5 juta suara (37,62 persen).

Calon lainnya, Eggi Sudjana - M Sihat meraup 422.932 suara (2,44 persen), dan Bambang Dwi Hartono-Said Abdullah memperoleh 2.2 juta suara (12,69 persen),

Kemenangan ini memastikan bahwa suara pemilih Jawa Timur hanya milik Khofifah dan Gus Ipul. Kini Gus Ipul didukun oleh PDIP dan PKB sedangkan Khofifah didukung oleh Partai Nasdem, Golkar, dan Demokrat.

Zuhro beranggapan PDIP ingin mendukung keduanya sehingga tak ada persaingan ketat lagi. Mereka tak ingin mengalami kekalahan yang sama seperti di Pilgub DKI Jakarta, 2016.

"Ini sama saja mengunci koalisi Gerindra sehingga kekalahan di DKI Jakarta tidak terjadi lagi," jelasnya.

Pengamat Politik UI, Arbi Sanit, menyebutkan selain Khofifah dan Gus Ipul tak ada lagi calon potensial yang sepadan untuk Pilgub Jatim. Koalisi yang akan dibangun oleh Gerindra, PAN, PKS, dan PPP sudah kehabisan calon potensial.

"Mungkin saja hanya akan ada dua pasang itu untuk Pilgub Jatim," jelas Arbi.

Pengamat Center for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes mengaku selama ini komitmen parpol dengan jago-nya di pilkada memang menyisakan celah lebar sehingga peralihan dukungan dapat dilakukan tanpa ada sanksi. Celah ini dapat dimanfaatkan untuk bermanuver oleh politisi atau parpol itu sendiri. "Selama ini kan memang tidak ada ikatan ideologis," pungkasnya. [dtk]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita