www.gelora.co - TNI memastikan 5.932 amunisi Stand-alone Grenade Launcher (SAGL) yang dipesan Korps Brimob Polri merupakan amunisi tajam. Senjata dan amunisi pesanan itu disebut senjata istimewa.
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen Wuryanto menyebut senjata itu memiliki radius mematikan dengan jarak 9 meter. Jarak capai amunisi itu disebut mencapai 400 meter.
"Setelah meledak pertama kemudian meledak yang kedua dan menimbulkan pecahan-pecahan dari tubuh granat itu berupa logam-logam kecil yang melukai ataupun mematikan. Kemudian granat ini pun bisa meledak sendiri tanpa benturan setelah 14-19 detik lepas dari laras. Jadi ini luar biasa," papar Wuryanto.
"TNI sendiri sampai saat ini tidak punya senjata kemampuan jenis itu," imbuhnya.
Sebanyak 5.932 amunisi SAGL dipindahkan dari gudang amunisi Mabes TNI pada Senin (9/10/2017) malam. Sedangkan senjata yang dipesan sudah diambil pihak Polri dari kargo Unex Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng.
"Standar nonmiliter sudah sangat jelas sesuai Inpres Nomor 9 bahwa amunisi untuk standar militer itu di atas 5,56 milimeter, kemudian standar nonmiliter di bawah kaliber itu. Kita hanya menerapkan aturan saja," tegas Wuryanto.
Keputusan menitipkan amunisi peluru tajam diambil dalam rapat di Kemenko Polhukam pada Jumat (6/10) yang dipimpin Wiranto. Senjata itu bisa dikeluarkan dengan catatan amunisi tajam yang dipesan bersamaan dititipkan ke Mabes TNI.
Keputusan penitipan amunisi itu disepakati dalam pertemuan yang juga dihadiri Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal Budi Gunawan, Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, dan Dirjen Bea-Cukai Kementerian Keuangan Heru Pambudi.
"Untuk sampai kapan waktunya nanti (dititipkan) akan ada aturan tersendiri yang mengatur sampai kapan waktunya setelah aturan itu. TNI bertanggung jawab atas penyimpanan amunisi, pasti aman disimpan di Mabes TNI," ujar Wuryanto. [dtk]