Terkait Ucapan 'Nyaman', Jenderal Tito Sakiti Hati Ribuan Orang Korban Kejahatan Seksual

Terkait Ucapan 'Nyaman', Jenderal Tito Sakiti Hati Ribuan Orang Korban Kejahatan Seksual

Gelora News
facebook twitter whatsapp
Kapolri Tito bersama istri

www.gelora.co - Pernyataan Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian dalam kasus perkosaan bikin geger dunia maya. Ada warganet yang menya­takan protes kerasnya, tapi ada juga yang dapat memahami maksud dari omongan Jenderal Tito.

Ucapan Tito yang belakangan menjadi viral itu terkait penanganan korban perkosaan.

"Misalnya dalam kasus pemerkosaan, terkadang polisi harus bertanya kepada korban, apakah Anda merasa baik-baik saja setelah diperkosa. Pertanyaan semacam itu sangat pent­ing. Jika saya diperkosa, bagaimana perasaan saya selama pemerkosaan terjadi, apakah nyaman? Jika nya­man, itu bukan pemerkosaan." 

Warganet yang kecewa dengan pertanyaan 'nyaman' dan 'tidak nyaman' langsung melayangkan protesnya. "Kalau yang diperkosa dan pemerkosa sama-sama nyaman, berarti bukan pemerkosaan lagi dong?" protes akun @cicimeiling. 

"Negara makin tak beretika, sekelas kapolri aja cara berpikirnya seperti ini apalagi bawahannya.. orang melaporkan perkara tersebut jelasnya dia hancur," semprot akun @haryanto yunus. 

"Apakah jawaban korban dapat digunakan sebagai BB (barang buk­ti)? Bagi korban perkosaan, menatap orangpun sudah tak kuat, apalagi menjawab pertanyaan. MIKIR Pak," cuit akun @Rubkaryo323. 

"Kalau nyaman itu bukan diper­kosa pak,, hadeuhhh," ledek akun @Putra_Pemalang. 

"Haha banget, makin membuat merinding hukum di Indonesia. Kalau udah kayagini, masa tiap korban pemerkosaan harus nanggung gitu aja," protes akun @blacxswxn. 

"Sakit hati itu baca pernyataan­nya kapolri tentang proses inves­tigasi laporan kasus pemerkosaan. Itu gimana sih..." tutur akun @ bellamehr. 

"Blunder maning blunder maning ataw cari perhatian nih," sindir akun @rebowage19. 

Akun perkumpulan @SisterInDanger mengaku kecewa dengan pernyataan Kapolri tersebut. "Kami PROTES KERAS atas komentar Kapolri yang menyakiti hati ribuan korban kekerasan seksual. Ini ko­mentar tanpa hati! @jokowi #sistersindanger," kecamnya 

"Pak @jokowi saya juga protes keras atas pernyataan Kapolri ten­tang korban pemerkosaan! #sis­tersindanger," timpal akun @kun­daremp. 

"Otak saya sudah tidak sanggup lagi melogikakan omongan Kapolri tentang pemerkosaan. Habis kata-kata," kicau akun @herricahyadi. 

"Mungkin, daripada menanyakan 'apa korban merasa nyaman' lebih baik tanya apa yang korban rasakan saat itu," ujar akun @sornica. 

Akun @Putrasa11 menganggap pernyataan penyidik kepolisian soal nyaman dan tidak nyaman pada korban pemerkosaan merupakan jebakab batman. "Jika ada korban perkosaan... Tolong di dampingi kuasa hukum buat laporannya, agar gak kena jebakan murahan kayak gini," ujarnya. 

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Yohana Yembise ikut menyoroti pernyataan orang nomor 1 di korps Bhayangkara ini. Yohana akan men­girim surat kepada Tito mengenai pernyataan tersebut. 

"Saya sudah dapat laporan itu. Jadi saya sedang menulis satu surat yang akan saya tujukan kepada Pak Tito untuk lebih melihat sesuatu dengan prinsip responsif gender karena ada hak-hak perempuan yang harus dijaga," kata Yohana saat ditemui wartawan di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, ke­marin. 

Bahkan, kata Yohana, dirinya sudah ditanya banyak perempuan berkenaan pernyataan Tito itu. "Kalau perempuan semua sudah datang katakan ke saya, berarti saya harus mengkaji ini dan merespons ke Pak Tito," katanya. 

Sebuah akun Twitter dengan tagar #MulaiBicara sebelumnya juga sudah melayangkan protes keras terhadap mantan Kapolda Papua itu. Tim kampanye #MulaiBicara mengatakan tidak ada seorang pun yang pernah meminta diperkosa. 

"Tidak pernah ada yang merasa 'nyaman' ketika harga diri dikoyak, kemudian dibalut rasa bersalah, dipersalahkan dan dipinggirkan oleh hukum," demikian surat terbuka Tim Kampanye #MulaiBicara (20/10) 

Karena itu, Tim Kampanye #MulaiBicara meminta Kapolri lebih menghargai perasaan para korban perkosaan yang seharusnya dilindungi. Selama ini, para korban kekerasan seksual sulit mendapatkan perlindungan hukum dan keadilan. 

Menanggapi hal itu, Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Setyo Wasisto menjelaskan, pernyataan Kapolri tidak sama seperti yang dikemukakan dalam artikel BBC Indonesia. 

"Sejauh saya tahu, maknanya tidak seperti itu. Kami juga sudah meminta pembetulan," jelas Setyo. 

Ia juga menginformasikan bahwa penyidik memiliki teknik tersendiri untuk memastikan apakah kasus yang dilaporkan ke polisi benar perkosaan atau bukan. 

Ada juga warganet yang membela Tito. "Maksudnya ada yang benar dipaksa dengan ancaman, tapi ada yang dipaksa dengan rayuan kali ya," tutur akun @swartan58 

"Nggak usah ditanggapi pak. Maklum manusia nggak jelas. Bravo Polri," dukung akun @gun­tar_aditira. 

Jenderal Tito sendiri sudah melu­ruskan pernyataan tersebut. Tito menjelas­kan "nyaman" dan "tidak nyaman" sebagai diksi dan bahasa operasional penyidik untuk bertanya dalam proses pemeriksaan untuk mencari tahu ada atau tidaknya persetujuan. 

"Karena itu tidak ada maksud re­viktimisasi terhadap pelapor/korban perkosaan," katanya. [rmol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita