www.gelora.co - Sosial media twitter menyediakan program untuk membuat poling yang bisa diikuti oleh siapa saja oleh netizen. Terkadang poling yang dibuat untuk mengetahui sampai sejauh mana pendapat masyarakat terkait dengan poling yang dibuat, namun juga terkadang untuk kepentingan kelompok.
Poling yang banyak dibuat oleh netizen, terkait dengan kepemimpinan seorang kepala daerah atau juga kepala negara, namun yang paling sering terkait dengan pemilihan kepala daerah atau kepala negara. Tidak jarang soal kebijakan dan aturan yang dibuat juga menjadi target poling. Untuk poling yang disediakan di sosial media twitter, hasilnya tidak bisa direkayasa, berbeda dengan yang dibuat oleh sebuah lembaga riset yang dianggap oleh masyarakat hanya untuk kepentingan.
Tidak kurang dari media-media televisi atau grup media juga melakukan hal yang sama, dan lebih suka untuk menggunakan poling melalui twitter dikarenakan data dan pengisi poling adalah benar-benar dibuat dari pemilik akun, walaupun terkadang ada seseorang namun mengelola banyak akun, tapi tingkat kebenaran hasil poling masih bisa dijadikan sebagai data kebenaran.
Saat ini kelompok yang pro dan yang mengkritik pemerintah terbagi dua, namun dari berbagai hasil poling yang dibuat, masih terlihat jika yang mengkritik pemerintah lebih banyak. Bahkan terkadang poling yang dibuat oleh pendukung pemerintah kalah jauh dengan maksud atau keinginan mereka. Contohnya adalah akun milik Praby yang memakai nama @PurbaSr.
Dengan jumlah pengikut sebesar 50,5 ribu dan mengikuti 4.465 Praby mencoba untuk membuat poling dengan menuliskan judul polingnya “FPI Harus ?” dan pilihannya “Dibubarkan atau Dipertahankan” dan hasilnya, dari 3.415 suara yang masuk, netizen yang memilih untuk dipertahankan sebanyak 71 persen. Sementara yang memilih dibubarkan 29 persen. Rupanya Praby tidak bisa meneruskan polingnya walaupun waktu untuk mengisi poling masih tersisa 15 jam 26 menit, karena tidak sesuai dengan keinginannya. Bahkan poling tersebut dihapus dan digantikan dengan poling baru.
Dikarenakan kekalahan yang menyakitkan yang diterima oleh Praby dan diluar dugaannya, maka Praby langsung menuduh dengan menyebut jika yang mengisi poling adalah akun-akun “robot” dan akun “ternak”. Lalu Praby mencoba untuk membuat poling baru. Namun Praby rupanya ketakutan dengan hasil polingnya tetap tidak sesuai dengan keinginannya, maka pilihannya dirubah.
Judul poling baru Praby “FPI Harus” dan pilihannya dirubah menjadi “Dibubarkan atau Dihancurkan” dan dari jumlah pemilih yang masuk ternyata hanya 289 orang, dengan waktu tersisa 21 jam. Tidak puas dengan jumlah pemilih yang masuk, Preby kemudian membuat poling baru lagi dan diberi judul “Alasan FPI Harus Dibubarkan“. Kemudian pilihan yang diberikan oleh Preby hanya seputar keinginannya, yaitu, “Merusak Toleransi, Mengganggu Ketertiban dan Pimpinannya Kabor“.
Sejak dimunculkan dan waktu yang tersisa hanya 16 jam 38 menit, jumlah pemilih justru merosot, tersisa 246 orang, sungguh jauh dari jumlah pengikutnya yang jumlahnya mencapai 50,5 ribu orang. Akibatnya Preby ditengarai memiliki pengikut palsu, yang banyak disediakan oleh para penyedia akun-akun palsu dengan cara membeli. [pbw]