Sudah Di-discount 80 Persen Baju Wanita Masih Menumpuk

Sudah Di-discount 80 Persen Baju Wanita Masih Menumpuk

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Ritel-ritel ternama di Jakarta mulai berguguran. Setelah Seven Eleven (Sevel) dan Matahari Departemen Store, kini giliran Lotus Departemen Store yang akan berhenti beroperasi per 31 Oktober 2017.
BERITA TERKAIT
Ulang Tahun Emas, ASEAN Segera Geser Pusat Ekonomi Global
Produksi Minyak Pertamina EP Masih Di Bawah Target
Progres Pembangunan Pabrik Krakatau Steel Baru 25 Persen

Tidak tanggung-tanggung, Lotus langsung menutup tiga gerainya sekaligus yang beradadi Thamrin, Cibubur, dan Bekasi. Seperti pada umumnya, ritel yang akan gulung tikar, manajemenLotus memberikan diskon besar-besaran untuk seluruh produknya, hingga 80 persen.

Rabu siang (25/10), ratusan calon pembeli mengantre di de­pan pintu masuk pusat perbelan­jaan Lotus Department Store di Gedung Djakarta Theater XXI, Thamrin, Jakarta Pusat. Mereka sabar menunggu beberapa menit sebelum pintu masuk benar-benar dibuka pukul 15.00 WIB.

"Saya sudah nunggu sejak jam 2 siang. Mau beli sepatu, soalnya lagi discount besar sampai 80 persen," ujar Ari di Lotus Departeman Store, Thamrin.

Tepat pukul 15.00 WIB, ratu­san orang berebut masuk ketika pintu dibuka. Calon pembeli merangsek menuju lantai dua tempat toko sepatu bermerek dijual dengan discount hingga 80 persen. "Saya mau nyari sepatu Reebok dan Converse," ujar Ari kembali.

Saking banyaknya calon pem­beli yang ingin membeli sepatu, petugas akhirnya membatasi setiap 20 orang untuk masuk ke dalam toko terlebih dahulu sambil memilih sepatu yang di­inginkan. Setiap pembeli hanya diberi waktu 10 menit. Setelah itu, mereka diminta segera menuju kasir untuk membayar sepatu yang telah dipilihnya itu. Penyebabnya, masih banyak calon pembeli yang mengantre di luar toko.

"Tadi beli Reebok seharga Rp 1 juta dari harga awal Rp 3 juta. Juga Converse seharga Rp 400 ribu dari harga awal Rp 800 ribu," ujar Ali.

Ali menilai, harga barang yang dijual di Lotus relatif lebih mahal dibanding dengan toko retail ternama lainnya. Tapi, saat ini barang-baraang di Lotus dijual murah.

Berbeda dengan di lantai dua, di lantai satu lebih sepi. Beberapa pakaian menumpuk di keranjang karena tidak laku. Di lantai ini di­jual berbagai macam busana dan perlengkapan wanita. Discount yang diberikan mulai dari 20 hingga 80 persen. Pakaian kerja wanita dijual Rp 120 ribu dari harga normal Rp 400 ribu. Ada juga busana Muslim hingga mainan anak. Selain itu, ada tas wanita bermerk yang didiskon hingga 40 persen. Kemudian, pakaian pria dibanderol mulai dari Rp 120 ribu per potong. Ada t-shirt, kemeja, celana chino hingga jas.

Di lantai 2 terdapat toko sepatu. Selain itu, tersedia berbagai jenis busana dan perlengkapan pria. Sepatu bermerk dijual Rp 99.000 dari harga normal Rp 350.000. "Yang di lantai 2, barang-ba­rangnya akan dikembalikan ke supplier. Jadi, diskonnya beda dengan yang di lantai 1," ujar Sandra, salah satu karyawan Lotus Departemen Store.

Pemandangan lainnya, pu­luhan pegawai dan satpam di Lotus merapikan barang-barang yang masih tersisa ke dalam kardus. Walhasil, beberapa sudut toko sudah terlihat kosong dan bersih dari barang dagangan.

Sandra mengaku tidak tahu akan nasib dirinya dan para karyawan lainnya setelah Lotus di Thamrin akan ditutup akhir bulan ini. "Saya serahkan ke atasan saja. Semoga dialihkan ke bidang lain. Yang penting, tidak ada PHK," harapnya.

Menurut Sekretaris Perusahaan PT Mitra Adiperkasa (MAP) Fetty Kwartati, keputusan penu­tupan dua toko tersebut diambil manajemen setelah memper­timbangkan perubahan tren ritel secara global. Apalagi, kata dia, perubahan gaya berbelanja dari offline ke online mulai meram­bah Indonesia.

"Di seluruh dunia, tren ber­belanja generasi milenial telah beralih dari department store, dan memilih untuk berbelanja di gerai specialty store," ujar Fetty dalam keterangannya, kemarin.

Menurut Fetty, sejalan dengan tren pasar saat ini, perusahaan­nya akan terus berinvestasi pada bisnis active, fashion dan food & beverage. Seperti toko-toko bermerk seperti Adidas, Converse, serta Payless. Hingga lini bisnis yang bergerak di sek­tor makanan dan minuman, seperti Starbucks, Domino's Pizza, maupun Burger King.

Di Indonesia, pertumbuhan signifikan industri e-commerce berdampak pada offline store. "Kami telah merilis gerai online yang diberi nama MAPeMall, dan mengembangkan bisnis O2O atau online to offline sebagai bagian dari visi perusahaanuntuk menjadi peritel omni-channel terdepan di Asia," harapnya.

Selain itu, Fetty menjelaskan, tiga outlet Debenhams yang ada di Indonesia, yaitu Kemang Village, Supermall Karawaci juga akan ditutup. "Satu lagi di Senayan City akan ditutup akhir tahun," tandasnya.

Kendati melakukan efisiensi, Fetty mengklaim, perusahaannya masih menorehkan kinerja yang positif dalam semester pertama 2017. "Kinerja keuangan yang didapatkan dari segi penjualan pada kuartal ketiga juga masih relatif kuat," akunya.

Berdasarkan laporan keuangan MAP, perusahaan mengalami pertumbuhan pendapatan 16,4 persen dalam akumulasi selama tiga tahun. Pada semester Itahun 2017, pendapatan MAP naik 15,8 persen menjadi Rp 7,7 triliun, diiringi laba usaha perseroan yang juga mengalami kenaikan sebesar 58,8 persen,mencapai Rp 354,4 miliar. Sedangkan untuk laba bersih, MAP membukukannya senilai Rp 175 miliar.

Latar Belakang
Sampai Akhir Tahun Diprediksi Tak Memuaskan
Pertumbuhan Bisnis Ritel

Lotus Department Store akan menutup tiga gerai di Thamrin, Cibubur, dan Bekasi pada akhir Oktober ini. Penutupan retail tersebut menyusul Seven eleven yang menutup seluruh gerainnya awal tahun 2017.

Sebelumnya, Ramayana juga menutup delapan gerai, disusul Matahari Department Store yang menutup dua gerai di Pasaraya Manggarai dan Blok M pada akhir September 2017.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mande menilai, tutupnya Lotus Departemen Store kar­ena perubahan perilaku kon­sumsi masyarakat yang saat ini memilihmenggelontorkan uang­nya untuk berpergian dibandingkan belanja. "Ada juga yang memindahkan uang belanjanya ke perbankan, jadi bukan karena daya beli," ujar Roy

Menurut Roy, penutupan geraiLotus sama sekali tidak berhubungan dengan adanya pergeseran konsumsi masyarakat ke ritel online. "Penutupan itu lebih kepada mereka mengganti format dan konsolidasi pasar," kata dia.

Wakil Ketua Aprindo Tutum Rahanta menambahkan, efisiensi merupakan lagu lama bagi pe­rusahaan ritel untuk mensta­bilkan pertumbuhan konsumsi masyarakat yang tak terlalu tinggi. Caranya, kata dia, denganmenutup toko-toko yang dinilai sudah tak produktif lagi atau merosot sumbangan pendapatannya kepada perusahaan. "Mereka mencari lagi titik lain yang sekiranya potensial," tandas Tutum.

Sebenarnya, kata Tutum, penutupan bukan kali ini saja terjadi, dari dulu begitu. "Ada masanya, yang tidak produktif lagi ditutup, bisa ganti ke yang lain," ujarnya.

Tutum menambahkan, yang melandasi rencana penutupan Lotus Department Store pada akhir bulan ini, sama halnya yang dilakukan Ramayana dan Matahari Department Store.

Hanya saja, dia mengaku khawatir, efisiensi tak lagi ampuhbila konsumsi masyarakat terus melemah. Sementara, dari sisi operasional, perusahaan perlu membayar, sewa tempat, listrik, dan membayar pegawai. "Kalau makin lama daya beli masyarakat terus begini, akan terus menekan pastinya."

Tutum memprediksi, pertumbu­han industri ritel sampai akhir ta­hun ini tak memuaskan. Pasalnya, untuk kuartal IV ini diperkirakan tak akan setinggi kuartal IIlalu karena sentimen Lebaran.

Menurut Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, tutupnya Lotus meru­pakan sesuatu yang normal. Karena dalam dunia bisnis, se­gala sesuatu bergerak dinamis.

"Dalam perekonomian, ada yang tersingkir, ada yang bang­krut, ada yang muncul, itu nor­mal," ujar Darmin

Apalagi saat ini, sambung Darmin, berbagai industri ritel ba­ru mulai bermunculan. Dari mulai yang konvensional hingga online. Bekas Gubernur Bank Indonesia ini membantah bila tutupnya Lotus adalah karena penurunan daya beli masyarakat. Menurutnya, tutup­nya Lotus lebih kepada urusan bisnis, bukan karena penurunan daya beli. "Langganannya sudah sepi, makannya tutup. Pemerintah tidak mengurusi bisnis orang," ucapnya.

Sedangkan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menga­takan, pihaknya akan terus me­mantau perubahan ekonomi di Indonesia dari konvensional menuju era digital. "Toko ritel yang berubah bentuk, seperti toko ritel yang secara fisik tutup, lalu berpindah ke online, atau memang yang awalnya online," ujar Sri.

Menurut Sri sektor ritel meru­pakan salah satu elemen dari per­ekonomian Indonesia. Sektor ini, kata Sri Mulyani, menjadi salah satu sektor yang terus dipantau pemerintah karena berhubungan dengan kebutuhan masyarakat dalam memenuhi konsumsinya.

"Apakah mereka menghadapi tekanan atau perubahan karena adanya konsep digitalisasi ini," tutur dia.[rmol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita