Polling Fadli Zon: Tiga Tahun Jokowi, Rakyat Hidup Lebih Susah

Polling Fadli Zon: Tiga Tahun Jokowi, Rakyat Hidup Lebih Susah

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Wakil Ketua DPR Fadli Zon membuat polling di media sosial Twitter tentang tiga tahun pemerintahan Joko Widodo. Polling yang dibuat Fadli Zon, Jumat (20/10), menyodorkan pertanyaan terkait kehidupan masyarakat di era Jokowi.

Fadli mengaku, baru pertama membuat polling di Twitter dan isi pollingnya itu 3 tahun pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). 

''Saya memberikan tiga jawaban yang harus dipilih para netizen. Pertama, lebih susah nih, kedua lebih mudah dong, dan ketiga begitu-begitu saja,''  kata Fadli saat diskusi “Tiga Tahun Pemerintahan Jokowi-JK” di gedung parlemen, Jakarta, Jumat (20/10).
.
Dalam waktu kurang lebih kurang enam jam, katanya, 7400 7000 vote. Hasilnya, yang menjawab sepi susah 66%, yang menjawab lebih mudah 20%, yang gitu-gitu aja 14%. 

''Saya kira ini bisa menunjukkan walaupun saya lihat juga di polling beberapa polling yang lain yang dilakukan di sosial media, rata-rata menyatakan kehidupan lebih sulit, begitu juga ada hasil dari survei kemarin mengatakan lebih sulit," jelasnya

"Apakah benar lebih sulit, mari kita coba lihat dari beberapa angka-angka yang kita bisa rekam dan kita lihat rasakan sendiri. Pertama kalau kita melihat orientasi dari pemerintahan bapak Jokowi ini adalah orientasi infrastruktur, ada beberapa hal yang dianggap mungkin perlu dilakukan evaluasi,'' tambahnya.

Pertama, menurut Fadli, ekspansi belanja infrastruktur yang luar biasa, yang lebih daripada dua kali lipat dari pada akhir pemerintahan Bapak SBY dari 8 sekian % menjadi 18% lebih, padahal anggaran kita terbatas.

Kedua adalah mencabut subsidi rumah tangga, BBM, Listrik, pupuk dan lain-lain dan kemudian memukul konsumsi dan daya beli masyarakat yang juga pada akhirnya memperlambat laju perekonomian.

Ketiga, akselerasi utang, ini yang menyebabkan saya kira devisit sehingga defisit kita termasuk yang tertinggi dan juga hutang kita mencapai rekor yang tertinggi dalam sejarah Republik Indonesia,  dengan angka mencapai 4000.000 triliun kurang lebih.

"Kenapa beberapa hal yang dilakukan Bapak Jokowi ini, dirasakan justru mempersulit kehidupan masyarakat,  ini yang menarik menurut saya. Karena masyarakat melihat bahwa apa yang dilakukan dan kelihatan seolah-olah kerja, kerja, kerja tetapi sebetulnya hasil dari kerja itu tidak langsung dirasakan oleh masyarakat," ujar Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu.

Fadli menjelaskan, pertama pembangunan infrastruktur yang tadi mengambil porsi yang begitu besar dari APBN, tetapi masalahnya adalah infrastruktur  tersebut tidak memberikan dampak yang langsung bagi masyarakat, misalnya sebagai contoh lapangan pekerjaan.

"Pembangunan infrastruktur seharusnya mempunyai multiplier effect dan trickle down effect, multiplayer efek setidaknya terhadap 20 sub sektor mulai dari industri besi, industri semen, baja hingga perbankan, itu mestinya. Tetapi kalau kita lihat dari angka-angka ini Betulkah ada kemajuan dalam industri besi kita, industri semen, industri baja atau perbankan."

"Dari sektor industri logam dasar justru tubuh negatif minus 3,06% pada Kuartal pertama 2017, tumbuh di bawah 1% adalah sebuah keanehan di tengah maraknya inspratuktur, Masa ditengah infrastruktur justru industri logam dasar tumbuhnya negatif," ujarnya.

"Jadi darimana besi dan tembaga yang digunakan untuk kerangka jembatan jalan tol, rel kereta api ini, apa dari kita atau bukan, Kemudian dari industri semen saat ini mengalami kelebihan pasokan karena konsumsi semen secara nasional periode Januari-Juni 2017 itu turun dari 1,3% yang itu sebelumnya 29,4 juta ton menjadi 28,9 juta ton, artinya proyek infrastruktur itu tidak mendongkrak konsumsi semen nasional, jadi dari mana semennya."

"Lalu penyerapan tenaga kerja si sektor konstruksi anjlok dari 8,2 juta orang 2015 menjadi 7,98 juta orang 2016, artinya terjadi pengurangan penyerapan tenaga kerja sebesar 230.000 orang di sektor konstruksi, jadi tenaga kerjanya atau buruhnya yang diserap oleh pembangunan infrastruktur ini dari mana,Yang digembar-gemborkan ini."

"Lalu upah riil guru bangunan tercatat menurut minus 1,9% pada Juni 2017 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, jadi ini adalah anomali pembangunan infrastruktur, yang tercatat yang dilakukan oleh DPR BPS sendiri tahun 2017, artinya pembangunan struktur itu tidak mempunyai multiple effect, tidak trickle down effect tidak mempunyai pengaruh terhadap tenaga kerja, tidak ada pengaruhnya terhadap industri yang menopang sektor konstruksi dan lain-lain, sehingga infrastruktur untuk siapa, tentu kita sangat setuju dan positif melihat proyek infrastruktur, saya kira semua kita setuju karena ini penting , tetapi proyek infrastruktur yang memakan biaya begitu besar, dan tidak ada multiplayer efeknya Saya kira ini akan menyulitkan keuangan kita sendiri dan memperlambat pertumbuhan."

"Lalu hutang dan juga masalah klaim pengalihan subsidi, sebetulnya tidak ada pengalihan subsidi, karena memang harga BBM misalnya itu sudah turun pada angka yang jatuh.

''Utang, saya melihat perkembangan hutang dan belanja infrastruktur ini luar biasa, sehingga kalau kita catat tadi Kalau subsidi energi berkurang sebanyak 273 triliun, 77,9% dari sebelumnya sebesar 350 triliun tinggal 77 triliun, jadi masalah subsidi ini ada 3 mata anggaran naik dari sebelumnya, tetapi terutama kita lihat juga angka-angka lain," paparnya.

"Defisit keseimbangan, primer defisit anggaran pemerintahan terhadap PDB yang sekarang ini minus 2,92% , dari batas 3%, ini juga adalah angka defisit tertinggi sepanjang 10 tahun terakhir, lalu jumlah utang kita kalau kita bandingkan di 2014 itu mencapai 2600 Tirin sekarang berkisar 3800 triliun, Jadi hampir 4000 triliun, kenaikan yang sukup signifikan."

"Lalu penerimaan dalam negeri dan cicilan bunga hutang dan sebagainya, itu mengalami tidak ada yang baik, begitu juga kalau kita melihat ketimpangan tadi dikatakan oleh saudara Andreas, karena memang kelihatan ada laporan penurunan dari ketimpangan, Ginicoefficient dari 0,41 sampai 0,397 kalau tidak salah, tetapi kalau tidak periksa lebih dalam Kenapa itu angka itu turun, itu karena kelas menengah turun ke bawah, jadi karena kelas menengah menjadi lebih miskin, karena itulah kemudian turun. Jadi bukan karena yang kelas di bawahnya naik, kemudian mendekat ke kelas menengah tidak, tapi kelas menengahnya konsumsinya menurun. Sehingga mendekati konsumsi dari kelas yang ada di bawahnya, sehingga seolah-olah ketimpangan turun, padahal angka ini angka yang bisa mis gaedit, jadi  ketimpangan tetap sebenarnya angka ketimbang itu tinggi."

"Lalu persoalan daya beli Saya kira ini bukan persoalan seperti tuduhan dari Presiden Jokowi bahwa ini adalah alat yang dipakai oleh partai yang Oposisi, saya kira memang masyarakat sudah merasakan penurunan daya beli yang luar biasa, di mana-mana terjadi penurunan daya beli termasuk kalau kita lihat supermarket banyak yang tutup, Ramayana saja menurut yang saya baca bulan Agustus saja ada 8 yang tertutup, kemudian Matahari dan beberapa supermarket lain, Seven Eleven juga tutup, lalu tokoh-tokoh yang ada, apakah itu di Glodok atau di Tanah Abang semuanya omsetnya menurun cukup tajam, paling tidak sedikitnya ada 25-30% sedikitnya dan bisa lebih dari itu."

"Jadi angka-angka ini menunjukkan bukan sesuatu yang imajiner, ini justru real, ini angka yang menurut saya reel dan kita rasakan di masyarakat dan ketika kita turun ke bawah, kita juga merasakan bahwa kehidupan masih susah, masih banyak yang harus diperbaiki, lalu mencapai pekerjaan masih susah belum lagi kalau kita buka janji-janji,  ini, 100 janji Jokowi-JK."

"Setahu saya yang janjinya baru selesai itu adalah menjadi hari santri nasional, tapi yang lain diantaranya :

Masih banyak buy back Indosat itu belum, saya bacakan di bidang energi misalnya menuntaskan krisis pangan dan energi membangun 100 teknopart, pengalihan BBM ke gas, tidak akan menghapus subsidi BBM, ini sudah dilanggar jadinya merubah sistem fiskal Migas membangun Badan Khusus bio-vuel, modernisasi kilang minyak, rasio elektrifikasi 100%, itu bidang energi."

"Dibidang infrastruktur: tol laut Aceh-Papua pembentukan pembangunan infrastruktur, pembangunan rel kereta api ganda, Sumatera-Sulawesi- Kalimantan, penambahan pelayanan jumlah rute perintis, membangun jalan jalan baru 2000 km jalan Tol banyak lah ya, tapi ada yang mahal ada yang sampai masuknya Rp17.000 untuk di Tol itu, Penambahan landasan bandara Perintis, membangun 10 bandara baru, 10 Pelabuhan Baru,  memperbaiki Jalan di Sulawesi-Kalimantan-Papua dan sumatera-jawa, meningkatkan  jumlah kapal penumpang, transpormasi masal aman."

"Dibidang pertanian : Swasembada pangan dalam 3 tahun, kita tidak melihat ada Swasembada, yang jelas masih impor beras, impor jagung dan bahkan impor garam masih dua juta, membuka 3juta lahan pertanian baru, Agro maritim, pupuk murah bagi petani yang saya denger malah yg tadinya mau dihapus subsidi pupuk, menyediakan bibit lokal, meningkatkan pendapatan petani, nilai tukar petani saya kira maih belum bergerak, membuka 1 juta hektar lahan pertanian luar Jawa,  menghentikan impor daging, masih banyak impor daging, membangun 1000 Desa berdaulat benih,  masih belum jelas, masih banyak lah."

"Dibidang Pendidikan : Meningkatkan mutu Pesantren, menghapus ujian nasional, 1 Muharram sebagai hari santri nasional ini sudah, memberi berapa berapapun anggaran pendidikan yang dibutuhkan, kartu Indonesia Pintar dan seterusnya."

"Yang  saya kira juga menarik itu misalnya di bidang kesehatan : membangun 50.000 Puskesmas, berarti  dalam 5 tahun Berarti 1 hari kira-kira 27 Puskesmas, tetapi setahu saya belum ada tabah Puskesmas."

"Dibidang ekonomi yang tadi penting pertumbuhan ekonomi 7% ini menurut saya jauh lebih dari yang dicapai 15 juta lapangan kerja baru, pembatasan asing di sektor keuangan, yang ada malah Liberalisasi, beli kembali Indosat memajukan industri kreatif, prooses perizinan bisnis maksimal 15 hari kerja, ini ada sedikit Saya kira perubahan dan diakui memberantas mafia impor, perizinan investasi satu pintu, lalu di bidang Buruh dan sejahteraan miskin dapat 1 juta perbulan, menyelesaikan Program Remonerasi,  memperbaiki 5000 pasar tradisional, Bantuan dana  10 juta untuk UMKM, mensejahterakan Papua, janji urus out sourcing dan seterusnya, jadi banyak nih."

"Jadi saya kira nanti kita detail kan lagi satu persatu, mana yang sudah tercapai mana yang belum tetapi jelas dalam 3 tahun ini kita melihat bahwa apa yang dijanjikan munkin perlu evaluasi termasuk proyek-proyek infrastruktur yang memakan biaya yang cukup besar, padat modal tetapi tidak mempunyai implikasi langsung kepada Kesejahteraan Rakyat," papar Fadli. [htc]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita