www.gelora.co - Kelakuan Situs Seword.com dinilai sudah keterlaluan. Terbaru situs ini memposting artikel tentang akan dilantiknya gubernur dan wakil gubernur DKI terpilih Anies Baswedan - Sandiaga Uno (yang oleh SEWORD disingkat ASU) berjudul "Alhamdulilah, Per Pertengahan Oktober Nanti ASU Memimpin Jakarta" (Seword/1/10/17) dengan gambar anjing (asu) yang menyalak.
Sebelumnya Ketua Umum MUI KH Ma'ruf Amin dikatain "Munafik".
Sayangnya, situs ini seolah tak tersentuh hukum. Sementara pihak istana yang pernah mengundang pengelola situs ini malah menutup mata. Pembiaran.
Menurut pengamat media, Yons Achmad justru pembiaran ini akan menjadi bumerang yang merugikan Jokowi.
"Apakah Jokowi diuntungkan dengan hadirnya situs Seword ini? Saya kira tidak. Justru hadirnya situs ini bisa menjadi bumerang bagi Jokowi. Pemilih Jokowi bakal semakin berkurang," kata Yons Achmad seperti diposting di Kanet Indonesia, Rabu (4/10/2017).
"Percayalah. Dari beberapa pengakuan kawan-kawan pendukung Jokowi, mereka malah gerah dengan tingkap polah buzzer-buzzer politik, pegiat medsos dan situs-situs 'abal-abal' yang penuh puja-puji tapi sangat kasar ketika bicara lawan politiknya," paparnya.
Berikut selengkapnya paparan Yons Achmad tentang situs SEWORD dalam tulisannya:
Oleh: Yons Achmad
(Pengamat Media, Pendiri Kanet Indonesia)
Kelakuan Situs Seword.com sudah keterlaluan. Parah. Sayangnya, situs ini seolah tak tersentuh hukum. Sementara istana menutup mata, bahkan sepertinya malah mengelus sayang seperti "Anjing peliharaannya". Hasilnya, situs Seword.com hingga detik ini masih melenggang bebas di ranah maya.
Kalau kita baca-baca situs ini. Konten yang paling menonjol tentang segala puja-puji untuk Jokowi dan Ahok. Situs ini secara garis besar menampilkan propaganda lewat opini, siapapun yang coba-coba kritik kedua tokoh itu, akan dikuliti habis. Sementara, bagi yang tak suka dengan FPI, PKS atau komunitas '212' situs ini barangkali akan dirayakan keberadannya.
Sebagai media, Seword.com barangkali memang 'Berhasil'. Jejaring medianya bisa dekat dengan penguasa. Salah satu kegiatannya, bisa selenggarakan lomba menulis berhadiah jutaan rupiah dengan tema 'Pencapaian Jokowi'. Sebuah lomba yang mendapat restu Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres).
Ini barangkali hanya capaian kecil saja, saya kira banyak 'posisi tawar' yang dimainkan oleh para pengelola situs ini untuk menjilat penguasa serta meraih keuntungan finansial sebagai ikutannya. Belum lagi, pendapatan dari iklan Google atas produksi konten penuh ujaran kebencian terhadap komunitas muslim (Umat Islam).
Salah satu yang terbaru, postingan berjudul "Alhamdulilah, Per Pertengahan Oktober Nanti ASU Memimpin Jakarta" (Seword/1/10/17). Isinya, sungguh menyakiti umat Islam bahkan baru ditulisan pembukanya saja. Dalam artikel itu tertulis :
Mulai pertengahan Oktober nanti, ASU tidak bisa diharamkan oleh siapa pun untuk memimpin DKI Jakarta. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun tidak bisa. Apalagi hanya para tukang demo. Mengingat, ASU yang berhuruf kapital telah dikenal sebagai akronim dari Gubernur Terpilih DKI Jakarta, Anies " Sandiaga Uno (ASU). Entah benar atau tidak, diakui atau tidak, keberhasilan ASU memenangkan pilkada DKI rupa-rupanya berkat politisasi ayat dan mayat yang akan terus menjadi hikayat kelas berat. Belum lagi kalau dikaitkan secara terstruktur jasa Saracen si pencari nafkah tak halal karena jualan isu SARA. Yah, asudahlah pokoknya.
Lengkap dengan ilustrasi gambar anjing yang diberi tulisan 'aku asu bukan ASU'. Pertanyaannya, kenapa mereka sampai hati menampilkan postingan yang sungguh tak elok semacam ini? Saya kira, tak jauh dari urusan finansial semata. Bagi siapapun yang berkiprah di dunia media dan masih punya akal sehat, tentu cara-cara demikian tak bakal dilakukan. Yang masih percaya agama, percayalah, cara-cara demikian tak berkah.
Lantas, apakah Jokowi diuntungkan dengan hadirnya situs Seword ini? Saya kira tidak. Justru hadirnya situs ini bisa menjadi bumerang bagi Jokowi. Pemilih Jokowi bakal semakin berkurang. Percayalah. Dari beberapa pengakuan kawan-kawan pendukung Jokowi, mereka malah gerah dengan tingkap polah buzzer-buzzer politik, pegiat medsos dan situs-situs 'abal-abal' yang penuh puja-puji tapi sangat kasar ketika bicara lawan politiknya.
Tapi, apa boleh buat, jajaran Seword.com saat ini lagi-lagi masih eksis dan terus memproduksi konten semacam itu. Mereka barangkali berdalih situs itu berisi opini yang siapapun bisa menulis di dalamnya. Tapi, ketika mereka tampilkan postingan seperti contoh di atas, saya kira mereka tak bisa lepas tangan, lepas tanggung jawab begitu saja.
Terlepas dari apapun kelakuannya, saya kira masyarakat sudah semakin cerdas. Mereka tak bakal percaya situs model Seword.com itu. Kecuali kalau memang dalam diri dan hatinya sudah sangat tebal kebenciannya kepada umat Islam.
Lantas, apakah hadirnya Seword.com itu kita biarkan saja? Tidak. Kontra wacana harus terus dilakukan. Soal hukum biarkan waktu yang akan berbicara untuk menindak sepak terjangnya.