www.gelora.co - Ketika Jakarta dipimpin Jokowi kemudian digantikan Ahok, istilah “banjir” jarang ditemui di pemberitaan media mainstream. Yang kerap muncul adalah istilah “genangan.”
Seminggu terakhir, bersamaan dengan dilantiknya Anies-Sandi sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, media mainstream kembali marak menggunakan istilah “banjir”.
Mengapa istilah “banjir” kembali marak meskipun ketinggian air dan waktu surutnya tidak banyak berbeda? Ketua Indonesia Tanpa JIL (ITJ) Akmal Sjafril membuat polling di Twitter. Dengan nada bercanda ia bertanya kapankah ‘genangan’ berubah menjadi ‘banjir’.
“Kapankah 'genangan' menjadi 'banjir'?” tulis Akmal melalui akun Twitter, Sabtu (21/10/2017).
Disediakan empat opsi jawaban untuk polling tersebut.
Pertama, “ketika hati nyesek.” Jawaban ini dipilih 4% peserta polling.
Kedua, “ketika kalah pilkada.” Jawaban ini dipilih 22% peserta polling.
Ketiga, “ketika diinstruksikan.” Jawaban ini dipilih 4% peserta polling.
Keempat, “semua benar.” Jawaban terakhir ini dipilih mayoritas peserta polling, mencapai 70%.
Kapankah 'genangan' menjadi 'banjir'? 🤪😜— Akmal Sjafril (@malakmalakmal) 21 Oktober 2017
Jumlah peserta polling sehari itu 468 pemilih.
Bagaimana pendapat Anda?
[tby]