www.gelora.co - Pemerintah menyatakan masih akan terus membuka keran impor singkong. Padahal, harga singkong lokal kerap jatuh karena masuknya impor singkong dari beberapa negara seperti Filipina dan Vietnam,
Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan Agus Hendriadi mengungkapkan, bahwa saat ini Kementan dan Kementerian Perdagangan (Kemendag) tengah mengkaji dan merumuskan tingkat produktivitas singkong dalam negeri.
"Nanti singkong ini juga bisa kita beri harga acuan," kata Agus kemarin (23/10)
Selama ini, kata Agus,harga singkong kerap jatuh antaraRp 600 hingga 700 per kilogram. Hal ini terjadi karena tidak adanya harga acuan.
"Nanti kita hitung petani akan diberikan keuntungan berapa persen dari harga produksinya," kata Agung.
Agus menjelaskan, Asumsi produktivitas singkong dalam negeri saat ini berkisar antara 20 hingga 25 ton per hektar.
Pada titik-titik tertentu yang lebih mendukung, produksi maksimal bisa tembus hingga 60 ton per hektar.
Agung menambahkan, hingga saat ini pemerintah belum memiliki rencana untuk menutup datangnya singkong impor dari luar negeri. Produksi di dalam negeri dirasa belum dapat memenuhi kebutuhan singkong nasional.
Selain itu, singkong dari dalam maupun luar negeri tidak jauh berbeda. Namun singkong dari luar negeri bisa jatuh dengan harga lebih murah di pasaran karena produktivitas negara asal yang sangat tinggi.
"Di Thailand dan Filipina itu bisa 50 sampai 60 ton per hektar. Nggak mungkin kita bersaing," kata Agung.
Sehingga, sementara kran impor akan tetap dibuka sembari pemerintah merumuskan harga acuan, tata niaga, serta menggenjot produksi dalam negeri.
"Akhir tahun, pokoknya tahun 2017 aturan baru sudah harus keluar," pungkas Agung. [jpc]