www.gelora.co - Peluang Jenderal Gatot Nurmantyo untuk menjadi Presiden RI semakin kecil. Kecilnya peluang Gatot di Pilpres tergambar dari penolakan otoritas Amerika Serikat terkait kedatangan Gatot di negara Paman Sam itu.
Pendapat itu disampaikan pengamat politik Ahmad Baidhowi kepada intelijen (23/10). "Tampaknya AS melihat Jenderal Gatot mendapat dukungan besar umat Islam. Ini tidak disukai AS. Gatot Masuk ke AS pun ditolak," kata Ahmad Baidhowi.
Menurut Baidhowi, penolakan Jenderal Gatot mengindikasikan AS lebih mendukung Joko Widodo untuk menjabat dua periode. "AS merasa nyaman dengan Jokowi karena Indonesia bisa memerangi kelompok Islam radikal," ungkap Baidhowi.
Baidhowi menegaskan bahwa Jenderal Gatot pemimpin yang tidak disukai AS tetapi sangat dicintai rakyat Indonesia. “Dengan penolakan AS ini, Jenderal Gatot di dalam negeri makin populer dan elektabilitasnya naik. Jenderal Gatot dinilai sebagai pemimpin yang tidak disukai AS sangat disukai rakyat Indonesia," jelas Baidhowi.
Soal popularitas Gatot, Baidhowi mensinyalir “tangan-tangan” AS pun turut berupaya menurunkan popularitas Gatot Nurmantyo, sehingga tidak masuk di Pilpres 2019. "Tentunya AS mempersiapkan skenario agar Gatot tidak populer dan elektabilitasnya tidak naik," papar Baidhowi.
Diberitakan sebelumnnya, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo ditolak masuk wilayah Amerika Serikat (AS). Padahal semula Gatot Nurmantyo beserta rombongan hendak memenuhi undangan dari Kepala Staf Gabungan (versi Puspen TNI semacam Panglima Angkatan Bersenjata Amerika Serikat) Jenderal Joseph F Durford Jr.
Penolakan masuk ke wilayah AS ini berasal dari otoritas keamanan dalam negeri Paman Sam tersebut. Sebelumnya Gatot Nurmantyo bersama istri, terbang ke AS dengan menumpangi maskapai penerbangan Emirates EK 0357 dari Bandara Soekarno Hatta, Sabtu (21/10), pukul 17.05. [ito]