Anies Di-bully, Pejabat Bermajas Sarkasme Malah Dipuja

Anies Di-bully, Pejabat Bermajas Sarkasme Malah Dipuja

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Istilah 'pribumi' dalam pidato perdana Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Balaikota, telah memicu kontroversi.

Mantan Menteri Pendidikan itu bahkan telah dilaporkan Gerakan Pancasila dan Federasi Indonesia Bersatu ke polisi atas tuduhan rasial dan melanggar UU. Keduanya ditangani oleh Bareskrim Polri.

"Kata pribumi dalam pidato itu dalam konteks apa dan bagaimana kalimatnya? Jangan asal tidak senang lalu serba disalahkan, itu namanya waton suloyo," cetus Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Pusat, Anton Digdoyo mengawali tanggapannya.

Dari penjelasan Anies menurut Anton, sudah jelas bahwa penggunaan istilah 'pribumi' mengacu dalam konteks era penjajah Belanda. Anton lantas menyitir sepenggal pidato politik Anies untuk mempertegaskan. "Jakarta yang paling merasakan penjajahan. Warga menyaksikan langsung orang Belanda menjajah Indonesia. Hal ini tentu berbeda dengan mereka yang berada di daerah. Meski tahu adanya penjajahan di Indonesia tapi yang langsung nyaksikan itu warga Jakarta. Di pelosok-pelosok Indonesia, tahu ada Belanda. Tapi tidak melihat di depan mata."

Anton yang mantan jenderal polisi menilai pidato Anies dipelintir dan tidak sepatutnya. "Dalam pidatonya, Senin (16/10) malam, Anies mengatakan, "Dulu kita semua pribumi ditindas dikalahkan, kini telah merdeka, kini saatnya kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri". Apanya yang salah?" tanya Anton kepada redaksi, Minggu (22/10).

Ironinya, kata Anton, dulu ada pejabat kalau bicara bermajas sarkasme diksinya dan tidak sepantasnya dilontarkan tapi malah didiamkan, bahkan dipuja-puja. "Pak Anis cuma gunakan majas eufemisme dan alusio sejarah kok malah di-bully?" banding Anton.

Istilah pribumi menurutnya wajar di negara manapun. Apalagi dalam konteks sejarah kemerdekaan RI.

"Jika kini dilarang gunakan kata-kata pribumi kenapa penghina Gubernur NTB beberapa waktu yang lalu dibiarkan, padahal lebih menyakitkan dengan kata-kata pribumi tiko pribumi tikus atau babi?" kritik Anton.

Ia justru khawatir larangan penggunaan kata pribumi akan membuat bangsa ini kehilangan jati diri yang telah diperkuat secara konstitusional. [rmol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita