www.gelora.co - Tragis! Entah dirasuki apa, seorang anggota Brimob menembak mati kedua temannya. Setelah itu, dia menembak dirinya sendiri. Ada apa dengan Brimob?
Kapolda Jawa Tengah Irjen Condro Kirono mengungkapkan, tragedi ini terjadi di Dukuh Canggah, Desa Trembul, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora, Selasa (10/10) sekitar pukul 18.30 WIB. Pelaku penembakan adalah Bripka Bambang Tejo (36). Bambang menembak kedua rekannya, Brigadir Budi Wibowo (30) dan Brigadir Ahmad Supriyono (35) di lokasi pengeboran sumur minyak PT Sarana GSS Trembul di Desa Trembul, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora.
Setelah itu, Bambang menembak kepalanya sendiri. Di dekat Bambang ditemukan senjata api laras panjang jenis AK101. "Senjata yang berada di dekat korban itu ada satu. Sedangkan dua senjata milik korban ada di dalam barak," ungkap Condro dalam konferensi pers di Akademi Kepolisian (Akpol), kemarin. Dalam konferensi pers itu Condro didampingi Kabid Humas Polda Jawa Tengah AKBP Agus Triadmaja.
Bambang, Ahmad dan Budi adalah anggota Subden IV Sat Brimob di Pati. Ketiga anggota Brimob itu tengah ditugaskan melakukan pengamanan proyek vital nasional dan sudah satu bulan melakukan tugas resmi itu.
Berdasarkan keterangan saksi mata, ujar Condro, sebelum penembakan tak ada cekcok di antara ketiganya. "Tapi memang ada tiga kali suara tembakan," imbuh Condro. Berdasarkan keterangan saksi yang juga rekan mereka, yakni Brigadir Muhadi, awalnya terdengar dua kali tembakan dalam rentang waktu yang dekat. Muhadi yang saat itu berada di kamar mandi, langsung keluar dan menuju ke arah bunyi tembakan. Hanya Muhadi yang berani menuju ke sana. Saat senjata menyalak pertama kali, empat orang yang merupakan anggota Brimob dan Satpam lari duluan.
Sampai di lokasi, Muhadi melihat dua rekannya, yaitu Brigadir Budi dan Brigadir Ahmad, sudah tergeletak di tanah. Sementara Bambang masih berdiri. Dia pun mengusir Muhadi. "Saksi diperintahkan Bambang Tejo untuk lari. Beberapa saksi pun sudah lari ketika mendengar tembakan. Begitu ketemu Bambang, dia baru lari," tutur Condro. Saat Muhadi berlari, terdengar bunyi tembakan ketiga. Diduga, saat itu Bambang menembak kepalanya sendiri. Dari hasil otopsi pun ditemukan luka tembak di kepala Bambang. Sementara kedua rekannya mengalami luka tembak di bagian tubuh.
Apa motif Bambang menembak mati kedua rekannya? Dugaan sementara, motifnya pribadi. "Saya yakin semua punya persoalan pribadi sehingga melibatkan rekan yang sama-sama dia," tutur eks Kakorlantas ini. Untuk memastikannya, Condro memerintahkan Dirkrimum, Kalabfor, tim identifikasi, Kasat Brimob dan Kapolres kembali ke Blora untuk olah TKP dan pemeriksaan saksi, identifikasi, sekaligus melaksanakan otopsi di sana.
Usai peristiwa ini, Condro bakal mengevaluasi penugasan satuan Brimob di daerah penambangan Sarana Gas Trembul (SGT01), Blora, Jawa Tengah. "Saya tentunya merasa sangat prihatin. Kami akan melakukan evaluasi, terutama langkah penugasan di tempat itu," ujarnya.
Sementara, usai peristiwa tersebut, Mabes Polri akan mengevaluasi penggunaan senjata api di kalangan anggotanya di seluruh Indonesia. "Setiap ada kejadian pasti kami evaluasi," kata Karo Penmas Polri Brigjen Rikwanto.
Ironisnya, sebelum peristiwa penembakan itu, Brigadir Dua Azan Fikri ditemukan tewas di dalam mobilnya Senin, 9 Oktober 2017. Terdapat luka tembak di bagian kepala anggota Kepolisian Resor Musi Banyuasin tersebut, dan tangan kanannya masih memegang pistol. Lokasi kejadian di Tunggal Ilir, Kabupaten Musi Banyuasin. Dia diduga bunuh diri.
Komisioner Kompolnas Poengki Indarti juga meminta kepolisian memperketat penggunaan senjata. Poengki sendiri tak habis pikir. Sebab, anggota Brimob harus melewati serangkaian pemeriksaaan untuk memastikan senjata api yang digunakan ketika melakukan pengamanan tersebut aman di tangan mereka. Kemudian, ada pemeriksaan berkala. Setiap enam bulan, mereka yang memegang senjata akan dievaluasi kejiwaannya.
Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW) Neta S Pane prihatin dengan kejadian ini. Menurutnya, negara sudah membiayai kepolisian dengan dana yang cukup besar untuk mengabdi pada masyarakat. "Tapi akhirnya mati konyol karena aksi polisi tembak polisi dan pelakunya kemudian bunuh diri dengan cara menembak dirinya sendiri," ujar Neta saat dikontak Rakyat Merdeka, tadi malam.
Apalagi, bukan pertama kalinya hal seperti ini terjadi. Sementara, kepolisian tidak pernah secara transparan mengungkap latar belakangnya. Karena itu penyelesaiannya tidak pernah komprehensif dan tuntas. Neta mencontohkan, di Jawa Tengah kasus serupa pernah terjadi. Beberapa tahun lalu seorang perwira menembak mati Wakapolwiltabes Semarang di ruang kerjanya dan kemudian pelaku bunuh diri dengan cara menembak kepalanya sendiri. Sebelumnya keduanya terdengar bertengkar.
Belajar dari kasus ini, Polda Jawa Tengah perlu kembali mendata dan mengevaluasi kondisi psikologis semua anggotanya yang memakai senjata api. [rmol]