Polri: Videonya Baru, tapi Pelontar Granatnya Alat Lama, untuk Pengenalan Senjata ke Brimob

Polri: Videonya Baru, tapi Pelontar Granatnya Alat Lama, untuk Pengenalan Senjata ke Brimob

Gelora News
facebook twitter whatsapp
Irjen Setyo Wasisto

www.gelora.co - Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan senjata sejenis rocket proppelled grenade (RPG) alias PGI yang dipakai oleh polisi di video yang tersebar di media sosial merupakan alat lama. Senjata itu pun digunakan hanya untuk pengenalan kepada anggota Brimob.

"Videoya video baru. Kalau dilihat smart phonenya, smart phone baru. Tetapi alatnya alat lama, pelontar Granat Infantery (PGI), PGI lama, untuk pengenalan senjata," kata Setyo di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jaksel, Kamis (29/9/2017).

Setyo menerangkan Brimob memang diharuskan untuk mengenal berbagai jenis senjata. Termasuk senjata PGI yang merupakan sisa dari senjata saat zaman ABRI.

"Jadi Brimob itu harus mengenal ini senjata apa, senjata apa, senjata apa. Ada senapan mesin ringan, ada senapan runduk atau sniper ada namanya pelontar granat atau mortir. Di Brimob sendiri masih ada namanya mortir 6 mortir 8," terangnya.

Dia menjelaskan senjata PGI itu kini berada di Pusdik Brimob. Namun jumlahnya tak terlalu banyak.

"Itu sekarang ada di Pusdik Brimob untuk pengenalan senjata. Brimob juga harus tahu. Kalau kita melakukan pengenalan senjata ini PGI cara nembaknya seperti ini. Tahu itu saja," jelasnya.

Sebelumnya diberitakan, video polisi sedang berlatih senjata sejenis RPG ini sebelum era Reformasi. Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan peristiwa itu terjadi saat Polri masih menjadi bagian dari ABRI.

"Itu saat Polri masih bagian dari ABRI," kata Setyo saat dikonfirmasi, Kamis (27/9/2017).

Namun belakangan Setyo menuturkan justru senjata yang dipakai oleh polisi itu yang ada sebelum era reformasi. Videonya pun disebut diambil baru-baru ini.

detikcom mencoba memastikan kembali terkait kebenaran informasi tersebut. Setyo juga tak menjelaskan secara detail terkait waktu pengambilan video tersebut. Dia hanya menyebut video itu terjadi sekitar tahun 2000-an.

"Kalau dilihat dari yang rekam zaman Reformasi belum ada smart phone mungkin tahun 2000-an, 2003, 2004, 2005 sudah ada foto-foto, motret-motret," tutupnya. [dtk]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita