www.gelora.co - Tudingan bahwa Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mempunyai ambisi politik di Pilpres 2019, memperkuat dugaan bahwa karir Jenderal Gatot akan dihabisi sebelum 2019.
Pendapat itu disampaikan pengamat politik Ahmad Baidhowi kepada intelijen (20/09), menyikapi 'serangan' pihak tertentu yang menyudutkan Gatot Nurmantyo, setelah Gatot memerintahkan pemutaran film G 30S PKI di lingkungan TNI.
"Kelompok yang tidak suka adanya nobar film G 30S PKI akan terus menyudutkan Gatot Nurmantyo, dengan tudingan punya ambisi di Pilpres 2019. Ada dugaan, karir Gatot akan dihabisi sebelum 2019, dan tidak menjabat lagi. Sehingga tidak muncul di media sampai 2019," papar Baidhowi.
Menurut Baidhowi, sosial media telah menjadi arena 'menghabisi' Gatot. "Jika diamati, di Twitter Gatot Nurmanyo terus dibully, apalagi setelah setelah menganjurkan nobar film G 30S PKI," kata Ahmad Baidhowi.
Baidhowi menilai, kelompok yang menghujat Panglima TNI tidak suka kekejaman PKI diungkap dan dikenalkan kepada generasi muda.
Sebelumnya, peneliti senior LIPI, Mochtar Pabottingi menyoal pernyataan keras Jenderal Gatot Nurmantyo yang tidak memperdulikan polemik film G 30S PKI. "Tiap pejabat/aspiran presiden NKRI yang suka berkata 'emang gue pikirin' membersitkan sifat otoriter dan sungguh tak pantas jadi presiden," tulis Mochtar di akun @Mpabottingi, tanpa menyebut nama Gatot.
Tak hanya sekali, dalam kesempatan yang berbeda Gatot Nurmantyo menegaskan, perintah untuk menonton film G30 S PKI adalah urusannya.
"Bukankah itu ada upaya penyesatan pembodohan, padahal sejarah berguna bagi Indonesia. Sukarno mengatakan dengan belajar sejarah dapat menemukan hukum-hukum di indonesia," ujarnya dalam diskusi di ILC, TV One, Rabu (20/09) malam. [ito]