www.gelora.co - Setelah mengeluarkan pernyataan pada 28 Agustus 2017 (Baca: Pesan Pemimpin Gerilyawan Rohingya kepada Rezim Myanmar: Jauhi Wanita dan Anak-anak, Hadapi Kami!), pada 30 Agustus 2017, pemimpin ARSA, Ataullah Abu Ammar Jununi kembali tampil dalam video yang berdurasi lebih dari 2 menit.
Dalam video yang kedua ini, Ataullah meminta tindakan nyata kepada Indonesia, negara-negara Muslim, PBB dan OKI untuk menyelamatkan rakyat Rohingya. Selain itu, Ataullah juga menceritakan kondisi terkini yang dihadapi para pelarian Rohingya. Berikut pernyataan lengkapnya yang kami sadurkan dari sebuah laman yang dikelola oleh Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA):
Bismillahirrahmanirrahim
Asslamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
Saya Abu Ammar Jununi, Ataullah. (Melalui video ini) saya kembali tampil pada hari ini, 30 Agustus 2017 di hadapan masyarakat internasional terutama PBB, OKI, dan (baca:sejumlah negara) seperti Pemerintah Bangladesh, Negara Malaysia, Indonesia, Arab Saudi, Turki, Pakistan, dan seluruh negera-negara lainnya.
Untuk menginformasikan tentang situasi mencemaskan yang dihadapi oleh masyarakat Rohingya, yang disebabkan oleh tindak kekerasan yang terus terulang dan masih dilakukan oleh rezim Burma.
Saya meminta perhatian Anda untuk secepatnya turun (membantu). Karena bahkan pada hari ini, 30 Agustus 2017, para bayi dan balita dibunuh dan kemudian dimutilasi. Sementara tubuh-tubuh mereka dan dibuang ke dalam sungai. Perempuan kami juga mengalami hal serupa. Mereka dikejar-kejar hingga akhirnya dimutilasi di jalanan. Sementara, rumah-rumah mereka hangus dibakar.
Oleh sebab itu, saya menghimbau kepada seluruh badan kemanusiaan internasional. Dan negara-negara yang telah disebutkan untuk segera mungkin menekan pemerintah tirani Myanmar.
Selain itu, persoalan lainnya yang juga mengkhawatirkan ialah tentang ratusan pengunsi yang terdampar di pinggiran sungai Naf. Mereka terlantara tanpa makanan maupun obat-obatan.
Obat-obatan (diperlukan) untuk mereka yang berhasil melarikan diri (namun terluka akibat kekerasan Myanmar). Jika akses medis tidak segera mencapai mereka karena di sana tidak ada dokter maupun persediaan obat-obatan. Maka, banyak yang akan gugur dalam sehari hingga dua hari kedepan di sepanjang tepian Sungai Naf karena kelaparan, malnutrisi, pendarahan, dan lain sebagainya.
Mereka menunggu bantuan, perlindungan dan aksi kemanusiaan. Saya menghimbau pemerintah Bangladesh untuk membuka gerbang perbatasan bagi para pengunsi, orang-orang cedera, mereka yang melarikan diri dari Arakan dan yang membutuhkan perawatan medis.
Saya sangat berharap dan yakin bahwa himbauan saya ini, akan ditanggapi dengan tepat.
Asslamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
[pii]