www.gelora.co - Pertanyaan telak dilontarkan pembina Tim Pembela Muslim (TPM) Mahendradatta untuk pihak-pihak yang berupaya mengaburkan fakta bahwa PKI tidak terlibat dalam kudeta G 30S PKI.
Mahendradatta mempertanyakan kehadiran organ underbow PKI, Pemuda Rakyat dan Gerwani di Lubang Buaya. “Yang coba-coba kaburkan bahwa PKI tidak terlibat dalam G30S/PKI, kenapa ada Pemuda Rakyat dan Gerwani di Lubang Buaya? Kebetulan lagi camping darmawisata?” tulis Mahendradatta di akun Twitter @mahendradatta.
Siapa yang dimaksud Mahendradatta coba-coba kaburkan fakta bahwa PKI tidak terlibat G 30S PKI? “Akun-akun yang coba mengaburkan peran PKI dalam G30S/PKI kok gaya ngelesnya tidak asing lagi ya?” sindir @mahendradatta.
Pertanyaan lain juga dilontarkan Mahendradatta, terkait fakta bahwa PKI pelaku kudeta G 30S PKI. “Yang bilang G30S/PKI cuma fitnah, tolong ingat Almarhumah Anak Manis ini| Peristiwa 30S/PKI & Tragedi Ade Irma Suryani,” tulis @mahendradatta.
Sebelumnya, guru besar Universitas Padjajaran Romli Atmasasmita menegaskan mendukung pendapat Mayjen (Purn) Kivlan Zen soal polemik G 30S PKI. “Saya setuju pernyataan KZ (Kivlan Zen-red) di TV One karena tahun 1966 saya aktif dalam KAMMI Bandung bubarkan PKI,” tegas Romli di akun @rajasundawiwaha.
Dalam acara Indonesia Lawyers Club bertema “PKI, Hantu atau Nyata?” (19/09), Kivlan menegaskan bahwa Partai Komunis Indonesia (PKI) terlibat dalam kudeta di tragedi 1965.
Menurut Kivlan, bukti nyata bahwa PKI terlibat dalam kudeta 1965 ialah, salah satu komandan Cakrabirawa, Letkol Untung Syamsuri, mengeluarkan pernyataan mengambilalih pemerintahan dengan membentuk ‘Dewan Revolusi’ dan membubarkan Kabinet Dwikora yang dibentuk Presiden Soekarno.
"Untung kudeta, Dewan Revolusi dan Kabinet Dwikora. Itu kudeta, itu pernyataan itu jelas dia mengambil alih pemerintahan," kata Kivlan.
Selain itu, menurut Kivlan, bukti lain bahwa PKI ingin mengkudeta melalui pemberontakan ialah adanya senjata yang sengaja disimpan dan digunakan ketika mengalami kekalahan. "Saya tahu, senjata itu sudah ada, perintah dari sekjennya semua senjata itu sudah siap. Disimpan dan digunakan saat kalah," kata Kivlan.
Kivlan menceritakan, pada tahun 1965, dia sedang berada di Jakarta, dan saat PKI kalah di Jakarta, Untung lari ke Solo dan Blitar. "Di sana yang menghadapi mereka Brigif 18. Saya orang Brigif 18," kata Kivlan. [ito]