Media Internasional Ikut ‘Menggoreng’ Tragedi Rohingya

Media Internasional Ikut ‘Menggoreng’ Tragedi Rohingya

Gelora News
facebook twitter whatsapp


www.gelora.co - Tragedi kemanusiaan yang menimpa muslim Rohingya, ternyata menjadi berita utama di media internasional. Pertanyaannya, apakah media luar ini ikut ‘menggoreng’ berita tragedi ini untuk menggoyang pemerintahaan Jokowi?

Seperti dilaporkan BBC, Jumat (8/9), salah satu situs berita utama di Inggris, The Guardian, pada edisi tengah hari, Kamis (7/9) waktu setempat, menurunkan laporan ekskulif berjudul “Pembunuhan massal di Tula Toli: penduduk Rohingya mengenang horor serangan militer Myanmar”.

Laporan itu ditulis oleh wartawan Oliver Holmes dari kamp pengungsi Cox’s Bazar di Bangladesh. Holmes mengutip Zahir Ahmed yang mengatakan kalangan remaja dan dewasa ditembak dengan senapan, sementara bayi dan anak kecil -termasuk adik bungsu perempuanya- dilempar ke dalam air.

Holmes melaporkan dari wawancara dengan belasan warga Rohingya dari Tula Toli, didapat gambaran tentang “pembantaian besar-besaran” ketika tentara Myanmar mendatangi kampung itu pada tanggal 30 Agustus.

The Guardian -yang beraliran politik kiri- juga masih menempatkan di situsnya ulasan pengamat sosial politik Inggris, George Monbiot, yang berpendapat Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi seharusnya dicabut karena dia tidak lagi layak mendapatkannya.

“Dia pernah menjadi inspirasi. Kini, berdiam dalam nasib pengungsi Rohingya di Myanmar, dia terlibat dalam kejahatan atas kemanusiaan,” tulis Monbiot.

Berita tentang Rohingya juga turun di The Times, yang mengulas pernyataan Suu Kyi bahwa persekusi atas Muslim adalah berita palsu dalam edisi cetaknya Kamis (7/9).

Liputan itu antara lain memasukkan kunjungan PM India, Narendra Modi, ke Myanmar yang dianggap mendukung Suu Kyi karena akan memulangkan sekitar 40.000 warga Rohingya dari India.

Sedangkan The Telegraph mengutip kesaksian seorang ibu yang menempuh perjalanan panjang membawa putranya yang berusia satu bulan. Ada juga ibu lain yang membawa putranya berusia 14 tahun dengan tandu karena tertembak di bagian paha.

Rohingya jelas masih menjadi berita utama di situs berita berbahasa Inggris di Bangladesh, The Daily Star, dengan judul “Turki berdiri bersama pengungsi Rohingya: Ibu Negara yang melaporkan kunjungan Emine Erdogan-istri Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan- ke kamp pengungsian di Kutupalong, Coxs Bazar, Bangladesh.


Bahkan berita keduanya juga menyangkut pengungsi Rohingya, tentang kekhawatiran pemerintah bahwa penyelundupan narkoba dan senjata ikut menyusup dalam gelombang para pengungsi Rohingya yang tiba di Bangladesh, seperti disampaikan Menteri Perhubungan dan Jembatan, Obaidul Quader.

Kunjungan Ibu Negara Turki ke kamp pengungsian Rohingya di Bangladesh jadi berita utama The Daily Star.

Di Malaysia -salah satu negara dengan penduduk mayoritas Islam- The Star mengutip Menteri Luar Negeri Datuk Seri Anifah Aman yang berpendapat ASEAN telah gagal dalam menangani isu Rohingya secara efisien sehingga pemerintah akan terus mengangkatnya lewat Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).

“Di dalam ASEAN, saya sudah tidak punya harapan. Kami sudah melihat tujuh pertemuan dan Malaysia mengungkapkan keprihatinan atas Myanmar dan (Myanmar) berjanji untuk menanggapi keprihatinan,” tuturnya seperti dikutip The Star.

The Bangkok Post -koran utama di Thailand yang mayoritas penduduknya beragama Buddha seperti Myanmar- dalam situs edisi Kamis (07/09) meng-update berita tentang Rohingya di laporan khususnya dengan kesaksian para pengungsi tentang pembantaian dan pembakaran di Myanmar.

Koran itu mengutip keterangan seorang saksi, Kadil Hussein, yang menuturkan kepada kantor berita Reuters bahwa tentara membawa sekelompok umat Buddha untuk membakar kampung-kampung mereka. [swa]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita