www,gelora.co - Pendi Danding, jamaah asal Sukabumi, tidak menyangka akan mendapat ujian di Tanah Suci. Uang yang dikumpulkan sedikit demi sedikit untuk pegangan selama menunaikan ibadah haji raib seketika.
Kakek Pendi sangat pasrah begitu tahu uang sebesar Rp10 juta yang disimpannya di dalam tas hilang entah kemana rimbanya. "Mungkin kalau orang lain sudah stres kehilangan uang sebesar itu. Tapi saya ikhlas," ujarnya Pendi kepada Okezone, di pemondokan nomor 809, Tharwat Al Raudhah.
Kehilangan berawal ketika Kakek Pendi tiba baru tiba di Makkah dari Madinah. Bersama Istri, dia langsung melakukan umrah sebagai bagian dari rukun haji.
Dia pun berganti baju menggunakan kain ihram. Saat berganti pakaian, dia melepaskan baju yang terdapat kantung khusus tempat menyimpan uang.
Awalnya kakek 1 cucu itu akan mengambil uang dan menyimpannya di tas identitas jamaah. Tetapi urung dilakukan karena ada yang memberitahunya agar saat umrah tidak membawa apa-apa. Dia pun menaruhnya ke dalam tas jinjing.
"Enggak lama deh, pas saya mau ambil lagi uang tersebut di dalam tas. Nah, resletingnya sudah terbuka," ujarnya dengan nada menyesal.
Terkejut dengan ujian yang dihadapinya, Pendi lalu beristigfar dan berusaha memasrahkan semuanya kepada Allah SWT. "Uang yang hilang itu uang living cost 1.500 real, saya juga membawa uang real lain dan uang tunai Rp 6 juta dalam bentuk Rupiah. Kalau dihitung totalnya Rp10 jutaan lah," jelas dia.
Dia mengaku, untuk bisa mengumpulkan uang berangkat haji dan uang saku selama di Tanah Suci tidaklah mudah. Dengan profesinya sebagai petani gula aren, dia menabung dengan susah payah. Untuk bisa naik haji, dia sudah mempersiapkan dana dalam jangka waktu sangat lama, hingga dia lupa persis tahunnya.
"Pokoknya saya menabung sudah dari lama banget. Saya menabung Rp200.000 atau Rp300.000 per bulan," ujarnya.
Gelombang empati dari satu rombongannya pun mengalir. Banyak yang menawarkan diri untuk meminjamkan uang, Pendi enggan melakukannya.
Namun Allah Maha Adil. Kakek Pendi tak punya apa-apa lagi. Dia hanya memiliki gula aren hasil produksinya, namun dia ikhlas untuk berbagi sesama jamaah satu rombongan.
Di kalangan jamaah Sukabumi, Kakek Pendi dikenal jago urut. Jika ada kaki yang pegal atau keseleo, setelah diurut maka langsung sembuh.
"Saya tidak pernah meminta uang kepada jamaah. Saya itu tidak pernah mematok harganya berapa. Saya hanya mijetin. Alhamdulillah banyak yang sembuh lalu mereka memberi uang," ujarnya.
Jika dihitung, uang yang diterimanya cukup banyak. Bahkan mungkin bisa menutupi kebutuhan selama di Tanah Suci.
Dari hasil memijatlah digunakan Pendi dan istri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. "Saya tidak membawa oleh-oleh apapun. Hanya membeli sedikit qurma," tutupnya. [emc]