www.gelora.co - Tindak represif rezim militer dan pemerintah Myanmar kepada umat Muslim di Rohingya memicu kecaman luas publik.
Secara internasional, banyak tokoh dunia, termasuk mantan Sekjen PBB Kofi Annan dan pemimpin tertinggi umat Katolik Roma Paus Fransiskus, mengecam dan mengutuk pemerintah Myanmar.
Di Indonesia, kecaman juga terus diserukan oleh beberapa organisasi masyarakat, partai politik hingga masyarakat awam.
Salah satu tokoh politik Indonesia, Anies Baswedan, juga turut mengecam keras sikap Myanmar tersebut.
Baca juga: Keras! Ini Kecaman Anies Atas Sikap Diam Aung San Suu Kyi Soal Pembantaian Muslim Rohingya
Haikal Hassan, salah seorang konsultan pemasaran, secara kritis memandang krisis di Rohingya dari sudut pandang yang berbeda.
Haikal menilai, selama ini umat Buddha di Indonesia bisa hidup dengan tentram karena umat Islam sebagai pemeluk agama mayoritas di Indonesia secara bersungguh-sungguh mengamalkan toleransi, seperti yang diajarkan nabi Muhammad.
Hallo sahabat budha..Aman tentram hidup di Indonesia?Itu karena kami mengerti yg diajarkan Nabi Muhammad... Toleransi!#SaveRohingya- Haikal Hassan (@haikal_hassan) August 31, 2017
Haikal benar. Di Indonesia, hari besar agama Buddha menjadi hari libur nasional, tujuannya agar pemeluk agama Buddha dapat dengan khusuk melakukan ritual keagamaan tanpa harus terusik kewajiban bekerja atau bersekolah.
Belum lagi, umat beragama non Buddha yang kebetulan bermukim di wilayah sekitar candi-candi dan vihara tempat dilakukannya ritual keagamaan jelang hari besar agama Buddha, turut menjaga ketertiban pada saat prosesi keagamaan tersebut.
Namun rupanya toleransi yang ditunjukkan umat Islam kepada umat Buddha di Indonesia tidak mampu meluluhkan kekejian hati rezim milier dan pemerintah Buddhis Myanmar.
Maka tak ada jalan lain, umat Islam di seluruh dunia harus bangkit untuk menyerukan perdamaian dan penghentian pembantaian terhadap warga muslim Rohingya [pii]