Dubes Myanmar Mengaku Bingung, Negaranya Kacau

Dubes Myanmar Mengaku Bingung, Negaranya Kacau

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Militer dan sekte budha di Myanmar menjadi sorotan dunia. Mengapa mereka sangat kejam, dan benarkah duta besar Myanmar U Aung Htoo mengaku bingung jika harus diusir dari negara Indonesia? Lantaran negaranya kacau balau, demikian disampaikannya kepada Kapitra Ampera sebelum aksi massa bela Muslim Rohingya membubarkan diri.

Myanmar atau dahulunya Burma dengan penduduk saat ini kurang lebih 60 juta jiwa dengan mayoritas atau 80 persen penganut budha, berulang kali mengalami konflik perang sipil. Tentara yang hidup dalam tekanan dengan gaji kecil, perang sipil terparah juga terjadi dengan Kachin Independence Army (KIA 1961), komunis di negara bagian yang menguasai sumber daya alam, dimana Cina yang mengeksploitasi tambang emas di Kacin.

Wilayah Kachin yang berbatasan dengan Cina dan India memiliki ribuan tentara dengan peralatan tempur yang cukup canggih, dan pertempuran terparah dengan militer Myanmar terjadi tahun 2011 ribuan orang tewas dan 100.000 mengungsi. Berbeda dengan Rakhine dimana Ataullah abu Ammar Jununi sebagai pemimpin Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), wilayahnya lebih dominan sawah dan kebun. Ada juga etnis Muslim Rohingya mencari nafkah dari beternak sapi atau kambing.

Masalah korupsi di pemerintah Myanmar masih cukup tinggi, hingga ada istilah "uang teh" semacam suap atau hadiah untuk pejabat, demi kelancaran proyek atau suatu urusan. Jadinya oleh Transparency International hanya memberikan Myanmar 28 poin, terkait persoalan pemberantasan korupsi.

Mengenai persoalan etnis Muslim Rohingya dengan populasi 4 persen, tidak ada bantuan pemerintah Myanmar di Rakhine, jalan dibiarkan begitu saja seperti zaman batu. Sebagian etnis Rohingya, yakni 160.000 jiwa menjadi pengungsi di Bangladesh dan di negara lainnya dengan mengandalkan bantuan Internasional.

Saskia Sassen seorang sosilog peneliti dalam artikelnya di theguardian.com menyebutkan: Lebih dari sepertiga orang Rohingya terkonsentrasi di negara bagian Rakhine bagian barat Myanmar yang paling tidak berkembang, dengan tanah berlimpah. Rohingya miskin, dengan lebih dari 78% rumah tangga hidup di bawah garis kemiskinan, menurut perkiraan Bank Dunia. Kemiskinan mereka mungkin akan memungkinkan pengusiran mereka untuk memberi ruang bagi proyek pembangunan, Senin (4/1/2017).  [htc]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita