www.gelora.co - Kelompok pembela hak asasi manusia, Amnesty International (AI), merilis citra satelit terbaru yang menunjukkan adanya kampanye terorkestrasi untuk membakar desa-desa etnis minoritas Rohingya di Rakhine, Myanmar. AI menuduh pasukan Myanmar berupaya menyingkirkan Rohingya.
Sedikitnya 389 ribu etnis Rohingya di Rakhine, melarikan diri ke Bangladesh sejak kekerasan meletus pada 25 Agustus. Insiden tersebut dipicu oleh serangan ke pos-pos perbatasan di Rakhine oleh kelompok militan. Tentara Myanmar lalu membalas serangan dengan menggelar agresi militer.
Pemerintah Myanmar mengatakan, saat ini sekira 30% desa-desa di Rakhine kosong melompong ditinggal penghuninya. Etnis Rohingya yang mendominasi di Rakhine selama ini dianggap sebagai imigran ilegal karena Pemerintah Myanmar menolak memberikan status kewarganegaraan.
AI mengklaim memiliki data baru berdasarkan data deteksi api, citra satelit, foto dan video, serta wawancara dengan saksi mata. Semua bukti itu menunjukkan adanya kampanye terorkestrasi dari pembakaran sistematis dengan target desa-desa etnis Rohingya selama tiga pekan terakhir.
"Bukti-bukti tidak dapat dibantah. Pasukan keamanan Myanmar tengah membakar wilayah utara Rakhine State dalam sebuah kampanye yang ditargetkan untuk mendorong orang-orang Rohingya keluar dari Myanmar," ujar Direktur Respons Amnesty International, Tirana Hassan, dilansir dari BBC, Jumat (15/9/2017).
Negara yang dulu bernama Burma itu tengah menghadapi kecaman dari dunia internasional atas kekerasan dan aksi pilih kasih di Rakhine. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Rex Tillerson yang berada di London, Inggris, mengatakan bahwa demokrasi di Myanmar saat ini tengah menghadapi momen krusial.
"Saya pikir sangat penting agar komunitas internasional berbicara untuk mendukung apa yang semua tahu harapannya adalah untuk memperlakukan orang dengan setara tanpa memandang etnis mereka. Kekerasan ini harus berhenti," ujar Rex Tillerson
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres mengatakan, etnis Rohingya saat ini menghadapi situasi kemanusiaan yang mengerikan. Pria asal Portugal itu menambahkan, serangan ke desa-desa di Rakhine sangat tidak bisa diterima. Dewan Keamanan PBB sendiri sudah mendesak dilakukan langkah darurat untuk mengakhiri kekerasan tersebut. [okz]