www.gelora.co - Pemerintah Bangladesh berencana untuk membebaskan sebuah lahan sebagai kamp atau tempat penampungan baru bagi pengungsi Rohingya. Sheikh Hasina, selaku perdana menteri mengatakan 2.000 hektar lahan yang dibebaskan berada di dekat kamp Kampakalong.
“(Lahan ini) untuk membangun tempat penampungan sementara bagi pendatang baru Rohingya,” ungkap Menlu Bangladesh, Mohammad Shahriar Alam dalam postingan di Facebook, Senin (11/09).
Kamp baru itu disebut akan membantu meringankan lonjakan pengungsi yang ada di distrik perbatasan Cox’s Bazar di Bangladesh, dimana hampir 300.000 warga Rohingya telah tiba sejak 25 Agustus lalu. “Kedua kamp pengungsi yang berada di tempat itu terlalu padat,” kata juru bicara lembaga pengungsi PBB, Vivian Tan.
Saat ini, pengungsi lainnya berlindung di sekolah-sekolah atau berkerumun di permukiman darurat tanpa toilet di sepanjang pinggir jalan dan lapangan terbuka. Selain itu, kebutuhan pokok, termasuk makanan, air bersih dan bantuan medis juga langka.
Diperkirakan, masih banyak lagi pengungsi yang akan datang memenuhi kamp yang ada di perbatasan Bangladesh tersebut. Oleh karenanya, Tan mengharapkan bantuan untuk para pengungsi mengalir terus.
“Besok kita mengharapkan datangnya persediaan bantuan untuk 20.000 orang,” ujarnya seperti dikutip dari ABC News.
Sementara itu, pemerintah Bangladesh juga akan mulai melakukan pendataan pada pengungsi baru, yaitu dengan mengambil sidik jari mereka dan mendaftarkannya. Kebijakan ini akan diterapkan pada Senin (11/09).
Bantuan yang saat ini banyak digalang oleh LSM dari berbagai negara sebagian besar sudah masuk. Banyak pengungsi yang kelaparan dan trauma setelah berjalan berhari-hari melewati hutan atau mengungsi dengan kapal kayu yang reyot untuk mencari keamanan di Bangladesh.
Banyak juga para pengungsi yang menceritakan kisahnya ketika dalam pelarian. Tentara Myanmar menembaki tanpa pandang bulu di desa mereka, membakar rumah mereka dan mendesak mereka untuk pergi atau meninggalkan rumah mereka. Pengungsi juga mengungkapkan bahwa penyerang juga dari penganut Buddha Rakhine.
Rumah sakit pemerintah di Cox’s Bazar saat ini telah dihuni mayoritas pasien dari Rohingya. Delapan puluh pasien yang tiba dalam dua minggu terakhir menderita luka tembak serta infeksi yang buruk. Sedikitnya tiga orang terluka dalam ledakan ranjau darat, dan puluhan lainnya tenggelam saat pelariannya.
Sebelum genosida etnis ini terulang kembali baru-baru ini, Bangladesh telah menampung lebih dari 100.000 orang Rohingya yang tiba setelah kerusuhan anti-Muslim pada tahun 2012. Rohingya telah menghadapi puluhan tahun diskriminasi dan penganiayaan di Myanmar dan ditolak kewarganegaraannya meskipun berabad-abad berakar di wilayah Rakhine.
Pemerintah Myanmar menyangkal bahwa Rohingya sebagai kelompok etnis dan mengatakan bahwa mereka yang tinggal di Rakhine adalah imigran ilegal dari Bangladesh. [kbn]