www.gelora.co - Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi memberikan komentar soal konflik yang tengah berlangsung di Rakhine, yang banyak ditinggali etnis muslim Rohingya. Suu Kyi mengecam 'teroris' yang bentrok dengan militer Myanmar, tapi tetap bungkam soal penderitaan Rohingya.
Dalam pernyataan via Facebook yang dirilis oleh kantornya, seperti dilansir Reuters, Rabu (6/9/2017), Suu Kyi menyebut pemerintah telah membela semua warga Rakhine. Namun dia sama sekali tidak menyinggung soal Rohingya.
"(Pemerintah) telah mulai membela seluruh warga Rakhine dengan cara sebaik mungkin," ucap Suu Kyi dalam pernyataan itu.
Dia juga mengingatkan tentang informasi tidak akurat soal situasi di Myanmar, yang berpotensi memperburuk hubungan dengan negara lain. Suu Kyi merujuk pada postingan Twitter Wakil Perdana Menteri Turki soal foto-foto korban kekejian di Rakhine, yang belakangan diketahui bukan berasal dari Myanmar. Wakil PM Turki itu telah menghapus postingan tersebut.
"Dia (Suu Kyi) mengatakan informasi palsu semacam itu yang dipicu oleh wakil perdana menteri hanyalah ujung gunung es raksasa dari kesalahan informasi untuk menciptakan banyak masalah antara beberapa negara dan dengan tujuan mempromosikan kepentingan teroris," demikian pernyataan yang dirilis kantor Suu Kyi.
Suu Kyi dihujani kritikan karena terus bungkam dan tidak pernah tampil membela etnis minoritas muslim Rohingya yang tertindas di negaranya. Bahkan beberapa pihak menyerukan agar hadiah Nobel Perdamaian yang diterima Suu Kyi pada tahun 1991 lalu dicabut kembali.
Situasi di negara bagian Rakhine semakin memprihatinkan setelah pada 25 Agustus, bentrokan kembali pecah antara militer Myanmar dengan militan Rohingya atau ARSA. Militer Myanmar melancarkan operasi untuk memburu para militan Rohingya yang menyerang pos-pos polisi dan pangkalan militer.
Operasi militer yang dilaporkan sarat kekerasan terhadap warga sipil itu, dilaporkan telah menewaskan 400 orang dan memicu eksodus warga Rohingya. Otoritas Myanmar menegaskan pihaknya memerangi teroris dengan cara yang legal. Mereka menuding militan Rohingya yang mendalangi pembunuhan warga sipil dan membakar rumah-rumah warga. Namun pemantau HAM dan keterangan pengungsi Rohingya menyebut militer Myanmar sebagai dalangnya.
Selama lebih dari 12 hari terakhir, sedikitnya 123.600 warga Rohingya telah mengungsi ke Bangladesh. Juru bicara Badan Pengungsi PBB, UNHCR, Vivian Tan menyatakan kamp pengungsian di Bangladesh mulai mencapai kapasitas penuh dan diperlukan lokasi baru untuk kamp pengungsian lainnya. [dtk]